Tripoli (ANTARA News/AFP) - Gerilyawan Libya pada Sabtu mengatakan mereka bekerja keras untuk memulihkan layanan dasar di Tripoli, lima hari setelah mereka menduduki markas Muamar Gaddafi di ibu kota.

"Kami memiliki 30.000 ton bahan bakar untuk didistribusikan ke masyarakat mulai hari ini," kata juru bicara Dewan Transisi Nasional (NTC), Mahmud Shammam.

Ditambahkannya, para gerilyawan juga akan menyediakan gas untuk memasak dalama waktu 48 jam dan bekerja untuk memulihkan fasilitas penyulingan Zawiyah.

Keterangan tersebut muncul setelah jumpa pers pertama NTC sejak mengumumkan bahwa mereka memindahkan markasnya dari Benghazi, di bagian timur Libya, ke ibu kota itu.

"Tripoli berada di bawah kendali ketat kediktatoran selama 42 tahun. Kami mulai dari titik nol dalam situasi ini. Jangan tanya keajaiban tetapi kami janji untuk mencoba membuat masa sulit ini sesingkat mungkin," kata Shammam.

Ia menyerukan semua pekerja sektor minyak dan swasta untuk kembali bekerja membantu memulihkan layanan masyarakat di ibu kota.

Tripoli menghadapi kekurangan pasokan listrik, air dan bahan bakar yang telah mengganggu kehidupan setiap hari dan memukul sektor kesehatan.

Osama al-Abed, wakil ketua dewan Tripoli yang baru dibentuk, mengatakan embargo yang diberlakukan atas rezim Gaddafi juga telah mengganggu pembangkit listrik, yang beroperasi dengan menggunakan bahan bakar. Pada gilirannya, pasokan air pun akan terganggu, tambahnya.

"Ketika kami datang ke Tripoli tak ada cadangan bahan bakar," kata Abed.

Dia mengatakan bahwa timnya, yang akan berkantor di kotapraja Tripoli setelah diperbaiki, telah membentuk gugus tugas untuk layanan berbeda dan akan segera meluncurkan laman berisi berbagai program yang bisa diakses oleh warga.

Listrik di ibu kota hilang selama beberapa jam sehari. Banyak distrik tak memiliki air, sedangkan yang lainnya hanya mempunyai air bawah tanah yang tak bisa diminum. Harga makanan dan bensin -- ketika didapat -- mencekik leher.

"Ada banyak tantangan dan Dewan Tripoli melakukan apa saja yang bisa diperbuat," ujar Abed.



Kuasai Bandara

Para gerilyawan juga mengatakan mereka telah menguasai bandar udara Tripoli pada Sabtu dan telah membersihkan satu distrik yang dikuasai pasukan yang setia kepada Gaddafi tapi masih mengkhawatirkan para penembak jitu di lapangan terbang.

"Kami menguasai bandara keseluruhan," kata panglima gerilyawan Bashir al-Taibi kepada AFP.

Para gerilyawan mengatakan mereka juga telah mengambil alih distrik Qasr ben Gheshir setelah operasi pembersihan di sekitar bandara internasional itu, yang dilancarkan pagi hari untuk memukul pasukan loyalis yang masih ada di sekitarnya.

Mereka menambahkan masih waspada setelah pasukan itu menembakkan roket dan mortir yang menghancurkan tiga pesawat sipil di tempat parkir bandara.

Di sekitar Qasr ben Gheshir, kerumunan warga yang bersuka cita merayakan pembebasan distrik itu dan menyanyikan, "Hey, hey, hey, Gaddafi sudah pergi selamanya," kata seorang koresponden AFP.

"Semalam (Jumat), sekitar 60-80 mobil dari batalion Khamis Gaddafi," salah seorang putera diktator itu meninggalkan kawasan itu dan "melarikan diri ke Bani Walid," satu kota dekat Sirte, kampung halaman Gaddafi, kata Mokhtar Lakhtar, yang memimpin operasi itu.

"Ini bukan taktik mundur tetapi benar-benar kabur," tambahnya.

Banyak orang di distrik itu membenarkan keberangkatan konvoi kendaraan para loyalis Gaddafi, yang membawa pick up dengan senjata-senjata berat termasuk sepasang peluru kendali besar sejenis Scud.

(Uu.M016)