Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggelar program Carbon Footprint Calculator/CFPC (jejak karbon) dan Carbon Offsetting (menukar emisi karbon) yang diyakini dapat meningkatkan reputasi serta kepercayaan publik terhadap sektor pariwisata Indonesia.

“Program ini sebagai salah satu cara dalam mengatasi dampak perubahan iklim yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata,” ucap Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo ketika membuka kegiatan sosialisasi terkait wisata ramah lingkungan di destinasi pariwisata secara virtual sebagaimana dalam keterangan pers, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, kelestarian lingkungan merupakan aset yang paling berharga bagi pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Jika hendak mewariskan manfaat ekonomi dari sektor pariwisata kepada generasi masa depan, lanjutnya, maka berbagai inovasi dan kolaborasi perlu diwujudkan secara cepat dengan konsep climate friendly tourism (wisata ramah iklim).

Berdasarkan riset Nature Climate Change tahun 2018, jejak karbon dari industri pariwisata dalam skala global menghasilkan delapan persen dari emisi karbon dunia, terutama dari sektor transportasi, belanja, dan makanan.

“Hal ini tentunya menjadi perhatian kita bersama dan sudah seharusnya menjadi bagian dari tanggung jawab kita, selaku pemangku kepentingan dari sektor pariwisata,” kata dia.

Kegiatan yang merupakan kolaborasi Kemenparekraf dengan jejak.in dan Indonesia Sustainable Tourism Council (ISTC) ini diharapkan dapat menguatkan pemahaman seluruh pemangku kepentingan serta masyarakat mengenai perubahan iklim maupun inovasi teknologi untuk mengatasi persoalan tersebut dari perspektif sektor pariwisata.

Bersama jejak.in, pihaknya melakukan perhitungan emisi yang dihasilkan perjalanan wisata antara lain kategori penggunaan listrik dan bahan bakar transportasi.

Selain itu juga menawarkan program offsetting seperti menanam pohon bagi para wisatawan untuk memitigasi jejak karbon dari perjalanan mereka,

Angela menyatakan pula bahwa program ini selaras dengan tema dan agenda G20 yang diusung oleh Indonesia selaku tuan rumah tahun 2022.

“Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama, serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan dengan tema “Recover together, recover stronger”,” ungkap Wamenparekraf.

Adapun tiga agenda besar yang akan dibahas dalam G20 ialah sistem kesehatan global, transformasi ekonomi dan digital, serta transisi energi hijau atau energi terbarukan.

“Sebagai sebuah sektor yang bergantung kepada keindahan alam, marilah kita mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menjaganya. Karena semakin lestari, pasti akan semakin memajukan sektor pariwisata dan menyejahterakan masyarakat,” ujar Angela.

Baca juga: Kalkulator Jejak Karbon untuk reputasi pariwisata di Presidensi G20
Baca juga: Google Cloud perkenalkan pelacak jejak karbon dan citra satelit
Baca juga: Pekan Mode Paris akan gunakan alat pengukur jejak karbon
Baca juga: Hari Bumi, ini cara sederhana mengurangi jejak karbon