BKKBN siapkan 200 ribu tim pendamping untuk turunkan angka "stunting"
2 Maret 2022 13:41 WIB
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo (kedua dari kanan) pada acara sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (2/3/2022). ANTARA/Willy Irawan.
Surabaya (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyiapkan 200 ribu tim pendamping keluarga untuk mendukung upaya penurunan angka kasus stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga tubuhnya menjadi tengkes.
Dalam sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) di Surabaya, Rabu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan bahwa tim pendamping keluarga anggotanya antara lain bidan, kader KB, dan anggota PKK di desa.
"Mereka akan dilatih dan mendampingi calon pengantin atau calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu dalam masa interval kehamilan, serta anak usia 0 sampai 59 bulan," katanya mengenai anggota tim pendamping keluarga yang jumlahnya total sekitar 600 ribu orang.
Ia mengatakan bahwa tim pendamping keluarga akan menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah stunting.
Selain menyiapkan tim pendamping keluarga, BKKBN memperkuat koordinasi dalam pelaksanaan mekanisme tata kerja, pemantauan, pelaporan, evaluasi, dan pendanaan upaya penanganan stunting di daerah lewat RAN PASTI.
RAN PASTI akan menjadi acuan bagi kementerian dan lembaga, pemerintah provinsi hingga pemerintah desa/kelurahan, serta pemangku kepentingan lainnya dalam upaya percepatan penurunan angka kasus stunting.
Hasto mengatakan bahwa pada 2021 angka kasus stunting nasional sudah turun menjadi 24,4 persen dari 27,7 persen pada 2019.
"Diharapkan pada tahun 2023 tren penurunan angkanya bisa berada di angka 16 persen dan akhirnya di tahun 2024 bisa menurun lagi menjadi 14 persen," katanya.
Baca juga:
Kemenkes: 51,2 persen balita stunting berada di lima provinsi
Kemendikbudristek dorong perguruan tinggi bekerjasama atasi stunting
Dalam sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) di Surabaya, Rabu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan bahwa tim pendamping keluarga anggotanya antara lain bidan, kader KB, dan anggota PKK di desa.
"Mereka akan dilatih dan mendampingi calon pengantin atau calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu dalam masa interval kehamilan, serta anak usia 0 sampai 59 bulan," katanya mengenai anggota tim pendamping keluarga yang jumlahnya total sekitar 600 ribu orang.
Ia mengatakan bahwa tim pendamping keluarga akan menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah stunting.
Selain menyiapkan tim pendamping keluarga, BKKBN memperkuat koordinasi dalam pelaksanaan mekanisme tata kerja, pemantauan, pelaporan, evaluasi, dan pendanaan upaya penanganan stunting di daerah lewat RAN PASTI.
RAN PASTI akan menjadi acuan bagi kementerian dan lembaga, pemerintah provinsi hingga pemerintah desa/kelurahan, serta pemangku kepentingan lainnya dalam upaya percepatan penurunan angka kasus stunting.
Hasto mengatakan bahwa pada 2021 angka kasus stunting nasional sudah turun menjadi 24,4 persen dari 27,7 persen pada 2019.
"Diharapkan pada tahun 2023 tren penurunan angkanya bisa berada di angka 16 persen dan akhirnya di tahun 2024 bisa menurun lagi menjadi 14 persen," katanya.
Baca juga:
Kemenkes: 51,2 persen balita stunting berada di lima provinsi
Kemendikbudristek dorong perguruan tinggi bekerjasama atasi stunting
Pewarta: Fiqih Arfani, Willy Irawan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022
Tags: