Jakarta (ANTARA) - Banyak pabrikan mobil dan truk global, termasuk perusahaan AS General Motors Co dan Daimler Truck Jerman, menangguhkan beberapa bisnis di Rusia setelah invasi negara itu ke Ukraina.

Pasukan Rusia menginvasi Ukraina pekan lalu, menandai serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Banyak perusahaan telah menghentikan operasinya di Rusia menyusul sanksi Barat terhadap Rusia.

Raksasa energi BP Plc--investor asing terbesar Rusia--, menurut laporan Reuters dikutip Rabu, tiba-tiba mengumumkan pada akhir pekan bahwa mereka meninggalkan 20 persen sahamnya di Rosneft yang dikendalikan negara dengan biaya hingga 25 miliar dolar.

Pada hari Senin (28/2), GM mengatakan akan menangguhkan semua ekspor kendaraan ke Rusia sampai pemberitahuan lebih lanjut. Perusahaan Detroit itu tidak memiliki pabrik di Rusia, hanya menjual sekitar 3.000 kendaraan setiap tahun di sana dan memiliki eksposur rantai pasokan yang terbatas.

"Pikiran kami bersama rakyat Ukraina saat ini," kata Gm dalam sebuah pernyataan. "Hilangnya nyawa adalah sebuah tragedi dan perhatian utama kami adalah keselamatan orang-orang di kawasan itu."

Produsen mobil Swedia Volvo Cars mengatakan akan menangguhkan pengiriman mobil ke pasar Rusia sampai pemberitahuan lebih lanjut, menjadi produsen mobil internasional pertama yang melakukannya karena sanksi atas invasi ke Ukraina.

"Volvo Cars tidak akan mengirimkan mobil ke pasar Rusia sampai pemberitahuan lebih lanjut," katanya.

Baca juga: Mengenal Aurus Senat L700, mobil Vladimir Putin yang bisa "berenang"

Seorang juru bicara Volvo mengatakan produsen mobil mengekspor kendaraan ke Rusia dari pabrik di Swedia, China dan Amerika Serikat.

Volvo menjual sekitar 9.000 mobil di Rusia pada tahun 2021, berdasarkan data industri.

Juga pada hari Senin, Volkswagen di Rusia untuk sementara menangguhkan pengiriman mobil ke diler sampai pemberitahuan lebih lanjut.

VW sebelumnya mengatakan akan menghentikan produksi selama beberapa hari minggu ini di dua pabrik Jerman setelah penundaan dalam mendapatkan suku cadang yang dibuat di Ukraina.

Daimler Truck mengatakan akan membekukan kegiatan bisnisnya di Rusia dengan segera, termasuk kerjasama dengan pembuat truk Rusia Kamaz, yang 47 persen dimiliki oleh konglomerat negara Rusia Rostec.

Mercedes-Benz Group juga mencari opsi hukum untuk melepaskan 15 persen sahamnya di Kamaz secepat mungkin, lapor surat kabar Handelsblatt.

Seorang juru bicara Mercedes mengatakan kegiatan bisnis harus dievaluasi ulang mengingat peristiwa terkini.

Pembuat mesin truk AS Cummins Inc menolak untuk membahas hubungannya dengan Kamaz, tetapi mengatakan pihaknya memperkirakan "beberapa dampak" terhadap bisnisnya di Rusia tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Baca juga: GM rencanakan 50 fitur digital baru

Baca juga: Volvo tangguhkan pengiriman mobil ke Rusia

Baca juga: Raksasa otomotif yang bisa memberikan tekanan kepada Rusia