BMKG minta pemkab lakukan penyesuaian tata ruang antisipasi sesar baru
1 Maret 2022 16:25 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (kanan) bersama Kepala Pusat Seismologi BMKG Rahmat Triyono (tengah) memaparkan perkembangan terbaru gempa Pasaman Barat di Padang Pariaman, Selasa. (Antara/Ikhwan Wahyudi)
Padang Pariaman (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat melakukan penyesuaian tata ruang sebagai bagian dari mitigasi setelah ditemukannya sesar baru gempa di daerah itu.
"Dengan adanya temuan patahan baru yang selama ini tidak teridentifikasi, perlu dilakukan penyesuaian tata ruang untuk kebutuhan mitigasi ke depan," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Padang Pariaman, Selasa saat memaparkan perkembangan pascagempa 6,1 Pasaman Barat, di ruangan VIP Bandara Internasional Minangkabau.
Baca juga: BMKG: Segmen angkola sesar Sumatra mampu picu gempa hingga M 7,6
Menurutnya, setelah BMKG melakukan penelitian terungkap adanya patahan baru, sehingga perlu dilakukan penyesuaian tata ruang karena sebelumnya di wilayah itu dipandang aman.
"Namun ternyata telah ditemukan patahan Talamau di Pasaman Barat, berdasarkan hasil pemetaan baru perlu diwaspadai karena daerah tersebut masuk zona merah," katanya.
Baca juga: BMKG ungkap temuan patahan baru gempa di Pasaman Barat
Artinya daerah itu berpotensi mengalami guncangan dengan tingkat intensitas yang cukup kuat hingga 8 MMI yang dapat merobohkan rumah.
"Oleh sebab itu penting menyiapkan bangunan yang aman gempa dan menyesuaikan tata ruang di zona tersebut," ujarnya.
Ia menilai, konstruksi pascagempa perlu menjadi perhatian di daerah itu dan menjadi poin penting bagi pemerintah setempat.
Pada sisi lain, ia menyebutkan usai gempa berkekuatan 6,1 yang mengguncang Pasaman Barat hingga saat ini sudah lebih dari 161 kali terjadi gempa susulan.
"Namun kekuatan gempa susulan terus melemah dan yang terasa hanya enam kali," kata dia.
Baca juga: BMKG imbau warga Pasaman Barat tinggal di tepi sungai mengungsi
Oleh sebab itu, ia sudah menyampaikan rekomendasi pada hari ketiga persoalan gempa tidak terlalu mengkhawatirkan lagi karena potensinya semakin menurun.
Sementara Kepala Pusat Seismologi BMKG Rahmat Triyono mengungkap, temuan patahan baru berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Pasaman Barat.
"Awalnya kami mengira pusat gempa berasal dari patahan yang terdekat di lokasi gempa yaitu patahan Angkola dan Sianok, setelah diteliti lebih lanjut ternyata itu berasal dari segmen baru," kata dia.
Baca juga: Pemkab Solok Selatan kirimkan tenaga medis ke Pasaman Barat
Menurutnya, patahan baru tersebut mekanismenya sesar mendatar dan mengalami pergeseran ke kanan.
"Untuk sementara segmen ini diberi nama Talamau," kata dia.
Baca juga: Pemkab: 1.366 unit rumah warga di Pasaman Barat rusak akibat gempa
Ia menduga segmen ini tersambung dengan Sianok akan tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Rahmat memaparkan, segmen Talamau memiliki potensi gempa hingga magnitudo 6,2, karena tidak terlalu panjang dibandingkan segmen lain.
"Dengan adanya temuan patahan baru yang selama ini tidak teridentifikasi, perlu dilakukan penyesuaian tata ruang untuk kebutuhan mitigasi ke depan," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Padang Pariaman, Selasa saat memaparkan perkembangan pascagempa 6,1 Pasaman Barat, di ruangan VIP Bandara Internasional Minangkabau.
Baca juga: BMKG: Segmen angkola sesar Sumatra mampu picu gempa hingga M 7,6
Menurutnya, setelah BMKG melakukan penelitian terungkap adanya patahan baru, sehingga perlu dilakukan penyesuaian tata ruang karena sebelumnya di wilayah itu dipandang aman.
"Namun ternyata telah ditemukan patahan Talamau di Pasaman Barat, berdasarkan hasil pemetaan baru perlu diwaspadai karena daerah tersebut masuk zona merah," katanya.
Baca juga: BMKG ungkap temuan patahan baru gempa di Pasaman Barat
Artinya daerah itu berpotensi mengalami guncangan dengan tingkat intensitas yang cukup kuat hingga 8 MMI yang dapat merobohkan rumah.
"Oleh sebab itu penting menyiapkan bangunan yang aman gempa dan menyesuaikan tata ruang di zona tersebut," ujarnya.
Ia menilai, konstruksi pascagempa perlu menjadi perhatian di daerah itu dan menjadi poin penting bagi pemerintah setempat.
Pada sisi lain, ia menyebutkan usai gempa berkekuatan 6,1 yang mengguncang Pasaman Barat hingga saat ini sudah lebih dari 161 kali terjadi gempa susulan.
"Namun kekuatan gempa susulan terus melemah dan yang terasa hanya enam kali," kata dia.
Baca juga: BMKG imbau warga Pasaman Barat tinggal di tepi sungai mengungsi
Oleh sebab itu, ia sudah menyampaikan rekomendasi pada hari ketiga persoalan gempa tidak terlalu mengkhawatirkan lagi karena potensinya semakin menurun.
Sementara Kepala Pusat Seismologi BMKG Rahmat Triyono mengungkap, temuan patahan baru berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Pasaman Barat.
"Awalnya kami mengira pusat gempa berasal dari patahan yang terdekat di lokasi gempa yaitu patahan Angkola dan Sianok, setelah diteliti lebih lanjut ternyata itu berasal dari segmen baru," kata dia.
Baca juga: Pemkab Solok Selatan kirimkan tenaga medis ke Pasaman Barat
Menurutnya, patahan baru tersebut mekanismenya sesar mendatar dan mengalami pergeseran ke kanan.
"Untuk sementara segmen ini diberi nama Talamau," kata dia.
Baca juga: Pemkab: 1.366 unit rumah warga di Pasaman Barat rusak akibat gempa
Ia menduga segmen ini tersambung dengan Sianok akan tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Rahmat memaparkan, segmen Talamau memiliki potensi gempa hingga magnitudo 6,2, karena tidak terlalu panjang dibandingkan segmen lain.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: