Banda Aceh (ANTARA) - Sebanyak 20 ustadzah di Aceh dilatih penguatan penyelamatan dan perlindungan lingkungan sehingga diharapkan dapat berperan dalam menjaga keberlanjutan ruang hidup di Tanah Rencong.

"Kami menilai penting sekali pendekatan agama, khususnya dari ustazah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan," kata Community Conservation Officer Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) Rubama di Banda Aceh, Senin.

Para ustadzah tersebut dilatih melalui kegiatan lokakarya yang bertajuk agama dan penyelamatan ruang hidup yang dilaksanakan Yayasan HAkA pada 27-28 Februari 2022 di Banda Aceh.

Baca juga: HAkA minta masyarakat hentikan perburuan satwa dilindungi

Rubama mengatakan lokakarya tersebut untuk memperkuat ustadzah dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya perlindungan lingkungan, serta berfokus pada kajian ruang belajar penyelamatan lingkungan.

"Ini juga respons terhadap berbagai dampak dari kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang dialami sekarang di Aceh, seperti banjir, longsor dan kekeringan," ujarnya.

Rubama menyampaikan kerusakan lingkungan hidup yang terus terjadi tanpa terkendali menjadi penyebab langsung kehancuran bumi.

Baca juga: HAKA dampingi masyarakat dapatkan hak pengelolaan hutan desa

Dalam kegiatan tersebut, lanjut Rubama, Yayasan HAkA juga menunjukkan potret kondisi hutan Aceh dan kawasan ekosistem Leuser dalam beberapa tahun terakhir.

Rubama menuturkan dalam lokakarya ini mereka juga merumuskan rencana strategi kolaboratif, implementatif dan terukur terhadap ustadzah untuk menyadarkan dan meningkatkan kepedulian masyarakat pada lingkungan.

"Ke depan, pendekatan melalui tokoh agama perempuan ini kita harapkan dapat berkontribusi besar dalam mengurangi kerusakan lingkungan di Aceh," kata Rubama.

Baca juga: Hutan Aceh berkurang 15.071 hektare sepanjang 2018

Baca juga: BMKG deteksi dua titik panas di wilayah Aceh