BMKG tegaskan tak ada tanda-tanda erupsi Gunung Talamau
27 Februari 2022 15:39 WIB
Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati saat menjelaskan informasi terkait gempa di Pasaman Barat, Minggu (27/2/2022). ANTARA/Altas Maulana/am.
Simpang Empat,Sumbar (ANTARA) - Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan belum ada tanda-tanda erupsi atau letusan Gunung Talamau, Kabupaten Pasaman Barat hingga saat ini sehingga warga diharapkan tidak panik.
"Waspada boleh tapi jangan panik. Yang perlu dikhawatirkan adalah bahaya longsor," katanya di Simpang Empat, Ibu Kota Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat, Ahad.
Ia mengatakan erupsi itu terjadi ada prosesnya dan tanda-tandanya yang terus dimonitor.
Jika ada erupsi, kata dia, maka akan ada informasinya dan radius berapa melalui aplikasi pemantauan yang dilakukan.
"Hingga saat ini belum ada tanda-tanda dan informasi mengenai adanya erupsi Gunung Talamau," katanya.
Untuk itu, katanya, masyarakat yang berdomisili di sekitar kaki Gunung Talamau jangan terlalu panik namun tetap waspada saja.
"Mengenai ada air sungai yang kering dan berlumpur kemungkinan ada aliran sungai yang tersumbat akibat longsor di kaki Gunung Talamau," katanya.
Untuk itu pihak Balai Sungai, BPBD Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang perlu melakukan penyisiran untuk membersihkan tumpukan material di sungai yang ada.
Ia menjelaskan gempa yang terjadi di Kabupaten Pasaman Barat memang bersumber dari daratan dan yng ditakuti adalah terjadinya patahan Sumatera yang melintas di Pasaman Barat, seperti segmen Sianok dan segmen Angola.
"Pusatnya dangkal kalau gempa di darat ini. Namun risikonya cukup tinggi, sehingga banyak rumah masyarakat yang roboh, apalagi bangunan rumah masyarakat tidak sesuai dengan daerah rawan gempa," katanya.
Pihaknya akan melakukan survei lebih lanjut terkait dengan dampak gempa. Sesuai dengan kajian keilmuan BMKG, karena ilmu manusia.
"Memang gempa susulan 124 kali terjadi di Pasaman Barat. Namun, kekuatannya semakin melemah. Dari 124 kali itu yang kuat atau terasa hanya 6 kali.
Begitu juga dengan potensi patahan di bebatuan semakin melemah, artinya kondisi semakin stabil, demikian Dwikorita Karnawati .
Baca juga: BMKG jelaskan fenomena air panas muncul pasca gempa Pasaman Barat
Baca juga: BNPB kaji relokasi warga sekitar kaki Gunung Talamau Pasaman Barat
Baca juga: Warga diimbau tidak panik kilatan Gunung Talamau
Baca juga: Dua orang pendaki Gunung Talamau Pasaman Barat berhasil dievakuasi
"Waspada boleh tapi jangan panik. Yang perlu dikhawatirkan adalah bahaya longsor," katanya di Simpang Empat, Ibu Kota Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat, Ahad.
Ia mengatakan erupsi itu terjadi ada prosesnya dan tanda-tandanya yang terus dimonitor.
Jika ada erupsi, kata dia, maka akan ada informasinya dan radius berapa melalui aplikasi pemantauan yang dilakukan.
"Hingga saat ini belum ada tanda-tanda dan informasi mengenai adanya erupsi Gunung Talamau," katanya.
Untuk itu, katanya, masyarakat yang berdomisili di sekitar kaki Gunung Talamau jangan terlalu panik namun tetap waspada saja.
"Mengenai ada air sungai yang kering dan berlumpur kemungkinan ada aliran sungai yang tersumbat akibat longsor di kaki Gunung Talamau," katanya.
Untuk itu pihak Balai Sungai, BPBD Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang perlu melakukan penyisiran untuk membersihkan tumpukan material di sungai yang ada.
Ia menjelaskan gempa yang terjadi di Kabupaten Pasaman Barat memang bersumber dari daratan dan yng ditakuti adalah terjadinya patahan Sumatera yang melintas di Pasaman Barat, seperti segmen Sianok dan segmen Angola.
"Pusatnya dangkal kalau gempa di darat ini. Namun risikonya cukup tinggi, sehingga banyak rumah masyarakat yang roboh, apalagi bangunan rumah masyarakat tidak sesuai dengan daerah rawan gempa," katanya.
Pihaknya akan melakukan survei lebih lanjut terkait dengan dampak gempa. Sesuai dengan kajian keilmuan BMKG, karena ilmu manusia.
"Memang gempa susulan 124 kali terjadi di Pasaman Barat. Namun, kekuatannya semakin melemah. Dari 124 kali itu yang kuat atau terasa hanya 6 kali.
Begitu juga dengan potensi patahan di bebatuan semakin melemah, artinya kondisi semakin stabil, demikian Dwikorita Karnawati .
Baca juga: BMKG jelaskan fenomena air panas muncul pasca gempa Pasaman Barat
Baca juga: BNPB kaji relokasi warga sekitar kaki Gunung Talamau Pasaman Barat
Baca juga: Warga diimbau tidak panik kilatan Gunung Talamau
Baca juga: Dua orang pendaki Gunung Talamau Pasaman Barat berhasil dievakuasi
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022
Tags: