PertumbuhanEkonomi RI pada 2012 bisa 7%
23 Agustus 2011 15:50 WIB
Sejumlah calon pembeli melihat-lihat sejumlah baju batik yang dijual di pasar Klewer, Solo, Jateng, Sabtu (26/12). Pasar Klewer merupakan pasar tradisional yang menjual komoditi tekstil yang sebagian besar didominasi oleh batik dengan berbagai variasi harga. (Foto ANTARA/Hasan Sakri Ghozali)
Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Andi Rahmat, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun depan dapat mencapai angka lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah dalam RAPBN 2012 sebesar 6,7% atau pada kisaran 7%.
"Pemerintah masih memiliki ruang domestik yang cukup luas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke kisaran 7%," ujarnya ketika membacakan pandangan fraksi dalam rapat paripurna atas RAPBN 2012 di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, untuk perekonomian Indonesia yang masih bergantung pada konsumsi dalam negeri, stimulus fiskal akan sangat efektif mendorong pertumbuhan pada angka 7%.
Untuk itu, fraksi PKS mengharapkan porsi belanja modal pada 2012 yang dialokasikan Rp168,1 triliun atau sekitar 2% dari PDB meningkat pada angka 2,5% hingga 3% karena sangat penting dan krusial sebagai langkah terobosan mendorong pertumbuhan.
"Hal ini dapat dilakukan tanpa menambah defisit anggaran yaitu peningkatan tax ratio dari 12,6% menjadi 13% dan pengurangan belanja barang yang lebih progesif di kisaran Rp120 triliun atau 1,5% dari PDB, serta menekan belanja pegawai di kisaran Rp200 triliun atau 2,5% dari PDB," ujar Andi.
Selain itu, ia menilai, dengan langkah reformasi pajak dan reformasi birokrasi, maka diperkirakan akan menambah stimulus fiskal senilai 62,9% sehingga belanja modal dapat ditingkatkan menjadi Rp231 triliun atau 2,9 persen dari PDB.
Namun, ia mengemukakan, dengan adanya ketidakpastian global, khususnya di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, maka PKS memandang pertumbuhan 6,7 persen masih realistis.
Sedangkan, anggota fraksi Partai Golongan Karya (Golkar), Fayakhun Andriadi, memandang pertumbuhan ekonomi 6,7% masih rendah, dan untuk itu pemerintah perlu mendorong investasi dari sektor keuangan ke sektor riil yang memberi manfaat langsung kepada ekonomi padat karya seperti pertanian dan manufaktur.
"Target pertumbuhan masih rendah dan momentum yang ada harus dimanfaatkan untuk mencapai angka 7% dengan mendorong investasi kepada pertanian dan manufaktur untuk melahirkan penyerapan tenaga kerja yang berkualitas dan mengurangi tingkat kemiskinan," ujarnya.
Sementara itu, anggota fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Yasonna H. Laoly, menambahkan bahwa pertumbuhan 6,7% menunjukkan adanya ketidakberpihakan pemerintah kepada peningkatan porsi anggaran bagi belanja modal bagi infrastruktur dan mendukung industri yang memberikan nilai tambah.
"Pertumbuhan 6,7% menunjukkan angka tersebut masih rendah, karena pemerintah seharusnya menargetkan pertumbuhan tinggi 7% hingga 8%. Apalagi, kenaikan akurasi belanja negara belum mengatasi persoalan pokok rakyat, karena belum ada dukungan bagi infrastruktur dan industri nilai tambah," ujarnya.
Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, mengatakan bahwa telah mendengar rekomendasi dan pandangan fraksi-fraksi tersebut, dan pertumbuhan 6,7 persen pada 2012 merupakan target yang cukup agresif dengan mempertimbangkan kondisi global yang masih diliputi ketidakpastian.
"Kita mengamati bagaimana ekonomi di AS dan Eropa, akan ada koreksi tentang pertumbuhan dan berdampak pada pertumbuhan dunia termasuk Indonesia. Ini harus selalu kita waspadai. Angka 6,7 persen telah mencerminkan kondisi Indonesia pada 2012, dan sejalan dengan sisi yang lebih optimis para analis," ujarnya.
(T.S034/R007)
"Pemerintah masih memiliki ruang domestik yang cukup luas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke kisaran 7%," ujarnya ketika membacakan pandangan fraksi dalam rapat paripurna atas RAPBN 2012 di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, untuk perekonomian Indonesia yang masih bergantung pada konsumsi dalam negeri, stimulus fiskal akan sangat efektif mendorong pertumbuhan pada angka 7%.
Untuk itu, fraksi PKS mengharapkan porsi belanja modal pada 2012 yang dialokasikan Rp168,1 triliun atau sekitar 2% dari PDB meningkat pada angka 2,5% hingga 3% karena sangat penting dan krusial sebagai langkah terobosan mendorong pertumbuhan.
"Hal ini dapat dilakukan tanpa menambah defisit anggaran yaitu peningkatan tax ratio dari 12,6% menjadi 13% dan pengurangan belanja barang yang lebih progesif di kisaran Rp120 triliun atau 1,5% dari PDB, serta menekan belanja pegawai di kisaran Rp200 triliun atau 2,5% dari PDB," ujar Andi.
Selain itu, ia menilai, dengan langkah reformasi pajak dan reformasi birokrasi, maka diperkirakan akan menambah stimulus fiskal senilai 62,9% sehingga belanja modal dapat ditingkatkan menjadi Rp231 triliun atau 2,9 persen dari PDB.
Namun, ia mengemukakan, dengan adanya ketidakpastian global, khususnya di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, maka PKS memandang pertumbuhan 6,7 persen masih realistis.
Sedangkan, anggota fraksi Partai Golongan Karya (Golkar), Fayakhun Andriadi, memandang pertumbuhan ekonomi 6,7% masih rendah, dan untuk itu pemerintah perlu mendorong investasi dari sektor keuangan ke sektor riil yang memberi manfaat langsung kepada ekonomi padat karya seperti pertanian dan manufaktur.
"Target pertumbuhan masih rendah dan momentum yang ada harus dimanfaatkan untuk mencapai angka 7% dengan mendorong investasi kepada pertanian dan manufaktur untuk melahirkan penyerapan tenaga kerja yang berkualitas dan mengurangi tingkat kemiskinan," ujarnya.
Sementara itu, anggota fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Yasonna H. Laoly, menambahkan bahwa pertumbuhan 6,7% menunjukkan adanya ketidakberpihakan pemerintah kepada peningkatan porsi anggaran bagi belanja modal bagi infrastruktur dan mendukung industri yang memberikan nilai tambah.
"Pertumbuhan 6,7% menunjukkan angka tersebut masih rendah, karena pemerintah seharusnya menargetkan pertumbuhan tinggi 7% hingga 8%. Apalagi, kenaikan akurasi belanja negara belum mengatasi persoalan pokok rakyat, karena belum ada dukungan bagi infrastruktur dan industri nilai tambah," ujarnya.
Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, mengatakan bahwa telah mendengar rekomendasi dan pandangan fraksi-fraksi tersebut, dan pertumbuhan 6,7 persen pada 2012 merupakan target yang cukup agresif dengan mempertimbangkan kondisi global yang masih diliputi ketidakpastian.
"Kita mengamati bagaimana ekonomi di AS dan Eropa, akan ada koreksi tentang pertumbuhan dan berdampak pada pertumbuhan dunia termasuk Indonesia. Ini harus selalu kita waspadai. Angka 6,7 persen telah mencerminkan kondisi Indonesia pada 2012, dan sejalan dengan sisi yang lebih optimis para analis," ujarnya.
(T.S034/R007)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
Tags: