"Kita kekurangan stok obat batuk bagi para pengungsi sedangkan obat-obat bahan habis pakai stok tersedia," kata Kepala Dinas Kesehatan Pasaman Barat Jon Hardi di Simpang Empat, Sabtu.
Ia mengatakan obat batuk sangat dibutuhkan para pengungsi karena saat ini cuaca hujan sehingga potensi batuk, demam dan pilek cukup tinggi.
"Saat ini kita berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar kalau ada stok obat batuk," katanya.
Baca juga: Pascagempa, aliran listrik di Kajai Pasaman Barat masih mati
Selain itu pihaknya juga sedang membicarakan secara aturan apakah boleh membeli obat batuk secara langsung menggunakan dana APBD.
"Tentu kita sesuaikan dengan aturan. Saat ini baru kita bicarakan," katanya.
Untuk obat-obat demam, luka dan bahan habis pakai lainnya masih tersedia dan stok mencukupi.
Untuk penanganan kesehatan, katanya pihaknya sejak Jumat (25/2) telah menurunkan tim medis ke lokasi gempa.
Tim medis yang mobile mendatangi posko pengungsi diturunkan dari Puskesmas IV Koto dan Puskesmas Suko Mananti.
Baca juga: Pramuka UNP kirim personel bantu penanganan gempa Pasaman Barat
Jon Hardi menjelaskan, ada dua Puskesmas dengan petugas yang selalu buka yaitu Puskesmas Kajai dan Puskesmas Talamau.
Selain itu juga membuka pelayanan kesehatan di posko utama pengungsian kantor Bupati Pasaman Barat.
"Minimal satu Puskesmas kita turunkan satu dokter dan dua paramedis. Selain itu juga diberlakukan sistem shift," ujarnya.
Hingga Sabtu (26/2) sore, katanya belum ada keluhan yang terlalu parah dari para pengungsi. Pada umumnya hanya letih, lelah, luka ringan dan demam.
Data sementara dampak gempa di Pasaman Barat meninggal dunia empat orang, luka berat 19 orang, luka sedang tujuh orang dan luka ringan 36 orang.
Bangunan yang rusak sekitar 5.000 unit, pengungsi 10.000 orang, ada 35 titik pengungsi dan salah satunya dipusatkan di halaman kantor bupati setempat.
Baca juga: 6.000 warga mengungsi usai gempa dengan magnitudo 6,1 di Pasaman Barat
Baca juga: Pemkab Pasaman Barat tetapkan masa tanggap darurat gempa 14 hari