Malang (ANTARA) - Proses ekskavasi lanjutan diperlukan untuk mengetahui bentuk bangunan candi yang menurut perkiraan dibangun pada abad ke-10 Masehi di Situs Srigading, Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, kata Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho.

"Secara garis besar, pada tahap kedua kami berusaha menampakkan keseluruhan sisi. Memang diperlukan tahap ketiga untuk menampilkan candi di tanah aslinya," kata Wicaksono di Kabupaten Malang, Sabtu.

"Memang dibutuhkan untuk tahap ketiga. Volume tanah yang perlu dibuka juga masih banyak, tujuan kami menampakkan aslinya, termasuk lantai asli candi," katanya.

Wicaksono menjelaskan, semula ditengarai hanya ada satu bangunan candi di Situs Srigading, tetapi setelah ekskavasi tahap kedua tim arkeolog menemukan bangunan lain di sisi barat bangunan utama candi.

Ia mengatakan bahwa ekskavasi tahap ketiga perlu dilakukan untuk menentukan keluasan candi.

"Setelah tampak, kita akan tahu berapa keluasan tanah dari candi ini. Karena saat ini tanah masih milik masyarakat, sehingga nantinya (setelah diketahui keluasan candi) bisa menjadi rekomendasi untuk pembebasan lahan," katanya.

Ia menjelaskan bahwa proses ekskavasi tahap pertama dan kedua dibiayai oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kaloka Malang. Target dari LPM Kaloka adalah untuk menampakkan keseluruhan bangunan candi.

Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Malang sudah menyiapkan anggaran untuk membangun atap guna melindungi struktur candi yang dibangun menggunakan batu bata, yang akan semakin rapuh jika kena paparan panas dan hujan.

"Pemkab Malang menganggarkan untuk pengatapan. Kalau sudah dipugar, mungkin tidak butuh atap karena bahannya sudah kita lapisi. Tapi kalau belum, ini sangat rapuh," katanya.

Wicaksono belum bisa memastikan kapan ekskavasi tahap ketiga akan dilakukan.

Tim arkeolog yang bertugas di Situs Srigading akan melapor ke BPCB Jawa Timur sebelum melanjutkan proses ekskavasi.

Situs Srigading, yang disebut Cegumuk oleh warga setempat, ditemukan sekitar tahun 1985. Yoni dan sejumlah arca ditemukan di gundukan tersebut.

BPCB Jawa Timur mulai melakukan ekskavasi di gundukan tanah yang ada di tengah perkebunan tebu itu pada awal Februari 2020.

Pada ekskavasi tahap kedua, BPCB Jawa Timur memastikan ada bangunan candi yang menghadap ke arah timur, ke arah Gunung Semeru, yang digunakan sebagai tempat peribadatan penganut Hindu Siwaistis di situs tersebut.

Baca juga:
Arkeolog memperkirakan Situs Srigading dulu merupakan kompleks candi
BPCB Jawa Timur akan merestorasi arca Agastya dari situs Srigading