New York (ANTARA) - Dolar AS merosot pada akhir perdagangan Jumat, mengembalikan beberapa kenaikan kuat dari hari sebelumnya, karena investor mengukur putaran sanksi terbaru terhadap Rusia dan data inflasi AS dipandang tidak mungkin membuat Federal Reserve (Fed) terlalu agresif pada pertemuan kebijakan berikutnya.
Greenback pada Kamis (24/2/2022) mencatat kenaikan persentase satu hari terbesar sejak 10 November hingga mencapai 97,74, tertinggi sejak 30 Juni 2020. Namun, dolar mengembalikan beberapa kenaikannya setelah Presiden AS Joe Biden memukul Rusia dengan gelombang sanksi menyusul invasi negara itu ke Ukraina, tetapi menahan diri untuk tidak menjatuhkan sanksi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan memutuskan hubungan Rusia dari sistem perbankan internasional SWIFT.
Data ekonomi AS menunjukkan belanja konsumen meningkat lebih dari yang diharapkan pada Januari bahkan ketika tekanan harga meningkat, dengan inflasi tahunan mencapai tingkat yang terakhir terlihat empat dekade lalu, meskipun indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi meningkat 0,6 persen pada Januari setelah naik 0,5 persen pada Desember.
“Revisi data pendapatan dan pengeluaran menunjukkan ekonomi sangat tangguh terhadap Omicron dan harga minyak yang tinggi. Mudah-mudahan, situasi dengan Rusia berumur pendek, tetapi bahkan jika harga minyak tetap tinggi, ekonomi harus memiliki kekuatan fundamental yang cukup untuk menoleransi harga energi tinggi," kata Ahli Strategi Investasi Senior Allspring Global Investments, Brian Jacobsen, di Menomonee Falls, Wisconsin.
"Angka inflasi tidak besar, tetapi setidaknya angka inflasi bulan ke bulan tidak bergerak lebih tinggi," kata Jacobsen. "Itu akan menyebabkan kehilangan kepercayaan dari anggota Fed yang paling hawkish."
Indeks dolar turun 0,459 persen, dengan euro menguat 0,59 persen menjadi 1,1257 dolar. Euro jatuh menjadi 1,105 dolar pada Kamis (24/2/2022), terlemah terhadap greenback sejak 1 Juni 2020.
Baca juga: Harga emas anjlok 38,7 dolar, berada di bawah level 1.900 dolar
Bahkan dengan kemundurannya pada Jumat (25/2/2022), dolar masih berada di jalur untuk kenaikan minggu ketiga berturut-turut.
Peningkatan selera risiko terlihat jelas di pasar saham AS, dengan S&P 500 naik lebih dari 2,0 persen setelah melakukan reli di akhir sesi pada Kamis (24/2/2022).
Sebelum lonjakan Kamis (24/2/2022) -- yang mengirim dolar ke level tertinggi sejak 30 Juni 2020 -- greenback telah melemah dalam beberapa pekan terakhir, karena meningkatnya ketegangan di Ukraina memicu ekspektasi The Fed mungkin kurang agresif dalam mengetatkan kebijakan ketika mencoba mengendalikan inflasi.
Ekspektasi untuk setidaknya kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Maret telah turun menjadi 25 persen dari sekitar 34 persen sehari yang lalu, menurut FedWatch Tool CME.
Dalam laporan kebijakan moneter terbaru bank sentral kepada Kongres, The Fed memperingatkan inflasi bisa bertahan lebih lama dari yang diantisipasi jika kekurangan tenaga kerja dan kenaikan upah terus berlanjut.
Uni Eropa sedang merencanakan putaran ketiga sanksi terhadap Moskow, seorang pejabat Uni Eropa mengatakan pada Jumat (25/2/2022), beberapa menit setelah presiden Ukraina memohon blok untuk lebih cepat, langkah-langkah yang lebih kuat untuk menghukum Rusia atas invasi ke negaranya.
Baca juga: Harga minyak turun setelah melonjak, dibayangi invasi Rusia ke Ukraina
Pembuat kebijakan di Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan situasi di Ukraina dapat menyebabkan ECB memperlambat keluarnya dari langkah-langkah stimulus.
Investor hanya melihat peluang 4,0 persen ECB akan meningkatkan suku bunga acuan sebesar 10 basis poin pada pertemuan kebijakan 10 Maret.
Rubel Rusia menguat 1,67 persen versus greenback menjadi 83,04 per dolar setelah mencapai rekor terendah di 89,986 sehari sebelumnya.
Yen Jepang melemah 0,09 persen terhadap greenback di 115,65 per dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan di 1,34 dolar, menguat 0,19 persen hari ini.
Di pasar mata uang kripto, bitcoin terakhir naik 1,4 persen menjadi 38.937,21 dolar AS dan ethereum terakhir terangkat 2,58 persen menjadi 2.703,53 dolar AS.
Baca juga: Rupiah akhir pekan menguat, dibayangi konflik Rusia-Ukraina
Dolar jatuh, investor pantau sanksi terhadap Rusia dan data inflasi AS
26 Februari 2022 07:08 WIB
Ilustrasi - Dolar mata uang Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/Thomas White/am.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: