Geopark Meratus laboratorium alam tertua di Indonesia
25 Februari 2022 13:38 WIB
Sejumlah pengunjung berada di puncak wisata Bukit Batu Langara di kawasan Geopark Meratus, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Ahad (17/10/2021). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz
Banjarmasin, Kalimantan Selata (ANTARA) - Geopark (Taman Bumi) Meratus di Kalimantan Selatan merupakan salah satu laboratorium alam tertua di Indonesia dengan sejarah geologi yang kompleks, kata peneliti Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ruly Setiawan.
"Kita bisa mempelajari sejarah bumi dari Pegunungan Meratus. Karena di sini ada bukti-bukti terjadinya proses geologi, yaitu tumbukan antara lempeng benua dan samudera pada 200 juta tahun yang lalu," kata Ruly dalam perbincangan dengan ANTARA di Banjarmasin, Jumat.
Pegunungan Meratus yang berumur sekitar 200 juta tahun adalah kawasan menarik bagi ahli kebumian untuk melakukan riset maupun bagi wisata umum sehingga potensinya kompleks, ujarnya.
Sebagai salah satu bukti, kata dia, sudah banyak hasil riset dan jurnal baik dalam maupun luar negeri mengenai Pegunungan Meratus. Di kawasan ini juga ditemukan jejak awal peradaban manusia, dengan temuan fosil manusia purba di beberapa goa.
Baca juga: Batuan Geopark Meratus ungkap misteri bumi Kalsel sejak 180 juta tahun
Baca juga: Menikmati senja dengan secangkir kopi Meratus di Kota Apam
Tim Badan Geologi ESDM melakukan verifikasi di 12 lokasi geopark nasional Pegunungan Meratus di Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Tapin dan Banjar.
Verifikasi ini merupakan yang ketiga dilakukan sejak Maret 2021 dan telah mencakup 38 geosite.
"Kami menemukan hal menarik di Lembah Kahung, yaitu bebatuan basalt dan diorit yang terbentuk dari pendinginan magma di bawah kerak bumi," kata Rully.
Bebatuan yang ada di Lembah Kahung, Desa Belangian, Kabupaten Banjar, diperkirakan berasal dari kedalaman hingga satu kilometer di bawah permukaan tanah, kata dia.
Pegunungan Meratus telah ditetapkan sebagai kawasan geopark nasional sejak 2018. Saat ini pihak Badan Pengelola Geopark Meratus tengah dalam proses mengajukan kawasan ini menjadi UNESCO Global Geopark (UGG).
Terkait hal tersebut, Rully mengatakan inti dari sebuah geopark adalah manajemen.
"Bukan hanya soal geologi saja, tetapi juga keanekaragaman hayati dan budaya, selain potensi wisata alam," katanya.
Rully mengapresiasi upaya yang dilakukan pemerintah daerah bersama BP Geopark Meratus untuk mendapatkan status UGG.
"Intinya adalah konservasi dan pemberdayaan masyarakat. Perlu ada kolaborasi pemerintah dan masyarakat untuk mengelola dan mengawal kawasan ini," katanya.*
Baca juga: Pesona air terjun Rampah Lingkar Sawa di belantara Meratus
Baca juga: Geopark Meratus kolaborasi dengan parapihak kembangkan kawasan
"Kita bisa mempelajari sejarah bumi dari Pegunungan Meratus. Karena di sini ada bukti-bukti terjadinya proses geologi, yaitu tumbukan antara lempeng benua dan samudera pada 200 juta tahun yang lalu," kata Ruly dalam perbincangan dengan ANTARA di Banjarmasin, Jumat.
Pegunungan Meratus yang berumur sekitar 200 juta tahun adalah kawasan menarik bagi ahli kebumian untuk melakukan riset maupun bagi wisata umum sehingga potensinya kompleks, ujarnya.
Sebagai salah satu bukti, kata dia, sudah banyak hasil riset dan jurnal baik dalam maupun luar negeri mengenai Pegunungan Meratus. Di kawasan ini juga ditemukan jejak awal peradaban manusia, dengan temuan fosil manusia purba di beberapa goa.
Baca juga: Batuan Geopark Meratus ungkap misteri bumi Kalsel sejak 180 juta tahun
Baca juga: Menikmati senja dengan secangkir kopi Meratus di Kota Apam
Tim Badan Geologi ESDM melakukan verifikasi di 12 lokasi geopark nasional Pegunungan Meratus di Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Tapin dan Banjar.
Verifikasi ini merupakan yang ketiga dilakukan sejak Maret 2021 dan telah mencakup 38 geosite.
"Kami menemukan hal menarik di Lembah Kahung, yaitu bebatuan basalt dan diorit yang terbentuk dari pendinginan magma di bawah kerak bumi," kata Rully.
Bebatuan yang ada di Lembah Kahung, Desa Belangian, Kabupaten Banjar, diperkirakan berasal dari kedalaman hingga satu kilometer di bawah permukaan tanah, kata dia.
Pegunungan Meratus telah ditetapkan sebagai kawasan geopark nasional sejak 2018. Saat ini pihak Badan Pengelola Geopark Meratus tengah dalam proses mengajukan kawasan ini menjadi UNESCO Global Geopark (UGG).
Terkait hal tersebut, Rully mengatakan inti dari sebuah geopark adalah manajemen.
"Bukan hanya soal geologi saja, tetapi juga keanekaragaman hayati dan budaya, selain potensi wisata alam," katanya.
Rully mengapresiasi upaya yang dilakukan pemerintah daerah bersama BP Geopark Meratus untuk mendapatkan status UGG.
"Intinya adalah konservasi dan pemberdayaan masyarakat. Perlu ada kolaborasi pemerintah dan masyarakat untuk mengelola dan mengawal kawasan ini," katanya.*
Baca juga: Pesona air terjun Rampah Lingkar Sawa di belantara Meratus
Baca juga: Geopark Meratus kolaborasi dengan parapihak kembangkan kawasan
Pewarta: Sri Haryati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: