Yogyakarta (ANTARA) - Lima calon Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta periode 2022-2026 menyampaikan rencana aksi sebagai rangkaian proses seleksi kepemimpinan di kampus itu.

Forum penyampaian rencana aksi berlangsung secara virtual melalui zoom meeting dan live streaming melalui akun Youtube SuaraCintaUII diikuti di Yogyakarta, Kamis, menghadirkan panelis dari dalam dan luar kampus.

"Forum penyampaian rencana aksi juga merupakan bagian penting dari proses panjang seleksi kepemimpinan puncak di UII: Pemilihan Rektor UII periode 2022-2026 yang sudah dimulai sejak bulan November 2021," kata Ketua Panitia Inti Pemilihan Rektor dan Wakil Rektor UII Masduki.

Baca juga: Dua selter isolasi terpusat di Sleman hampir penuh

Lima calon rektor itu adalah Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. (Dosen Program Studi Teknik Informatika UII), Dr.-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI. (Dosen Program Studi Arsitektur UII), Prof. Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D. (Dosen Program Studi Pendidikan Kimia UII).

Berikutnya, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag. (Dosen Program Studi Hukum UII), dan Dr. Zaenal Arifin, M.Si. (Dosen Program Studi Manajemen UII).

la mengatakan dalam nuansa kolaboratif, bukan kompetitif, forum itu menjadi ruang diseminasi gagasan untuk mengakselerasi kemajuan UII.

Baca juga: UII bersiap PTM secara penuh mulai Maret 2022

Menurut Masduki, melalui pelibatan para panelis dengan reputasi nasional dan internasional, forum tersebut memperdalam rencana aksi, sekaligus mempertegas posisi UII sebagai universitas milik publik.

Tiga panelis dari internal dan eksternal UII yang didatangkan dalam forum itu, yakni Rektor IPB University & Ketua Umum ICMI Prof. Dr. Arif Satria, Guru Besar Antropologi Hukum Universitas Indonesia Prof. Dr. Dra. Sulistyowati Irianto, dan Dosen FH UII sekaligus Ketua Komisi Yudisial Periode 2013-2015 Dr. Suparman Marzuki.

Baca juga: Alumni UII Yogyakarta kurangi pemanasan global dari Samarinda

Menurut dia, dalam forum penyampaian rencana aksi calon Rektor UII, beberapa isu disampaikan mengenai beberapa isu strategis terkait tantangan digitalisasi, ancaman liberalisasi pendidikan tinggi di satu sisi dan amanat tugas-tugas mulia kampus di sisi lain.

"Pemilihan rektor di perguruan tinggi sejatinya adalah peristiwa rutin. Kebijakan dan teknis penyelenggaraannya terus diupayakan berjalan efisien, agar fokus utama hajatan demokrasi kampus sebagai kontestasi gagasan perubahan lebih terwadahi," kata Masduki.

Baca juga: Empat warga Asrama Mahasiswa Kalteng di Yogyakarta terpapar COVID-19

Baca juga: Yogyakarta berupaya perluas penggunaan aksara Jawa di ranah digital