Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong negara-negara anggota G20 mewujudkan komitmennya untuk melakukan pemulihan dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati (kehati) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi hijau dan biru.

Pelaksana tugas Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian BRIN, Ocky Karna Radjasa dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengatakan komitmen tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam Deklarasi Pemimpin Roma G20 sebagai hasil dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma, Italia pada 2021.

Baca juga: LATERIO berperan wali data nasional ekosistem terumbu karang dan lamun

Pada Deklarasi Pemimpin Roma G20, negara-negara G20 berkomitmen untuk memperkuat tindakan untuk menghentikan dan memulihkan hilangnya keanekaragaman hayati pada 2030 dan menyerukan pihak Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity) untuk mengadopsi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global.

"Diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak untuk mengadopsi langkah-langkah terkait pemanfaatan keanekaragaman hayati, untuk menghindari atau meminimalkan dampak terhadapnya," ujar Ocky yang juga Co-Chair II Pertemuan Inisiatif Riset dan Inovasi G20 atau Research and Innovation Initiative Gathering (RIIG).

Selanjutnya, pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk mendukung ekonomi hijau dan biru menjadi salah satu agenda prioritas yang akan dibahas dalam RIIG G20 yang diinisiasi dan diselenggarakan Indonesia dalam kepemimpinannya di G20 pada 2022.

Ocky menuturkan pada Deklarasi Pemimpin Roma G20, secara eksplisit dinyatakan bahwa negara-negara G20 akan meningkatkan dan mendorong penerapan Solusi Berbasis Alam atau Pendekatan Berbasis Ekosistem sebagai alat berharga yang memberikan manfaat ekonomi, sosial, iklim, dan lingkungan.

Baca juga: Untuk ekonomi hijau dan biru di G20, BRIN dorong pemanfaatan kehati

Baca juga: BRIN: Keanekaragaman hayati Indonesia diperkirakan terungkap 10 persen


Menurut dia, keanekaragaman hayati sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan merupakan salah satu pilar terpenting untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

"Selain keanekaragaman hayati, kita juga harus menghormati dan menghargai keanekaragaman budaya, dimana pengetahuan, inovasi, dan praktik lokal terakumulasi, terpelihara dan diwariskan dari generasi ke generasi. Semua itu harus dianggap sebagai potensi besar untuk mendukung pembangunan berkelanjutan," kata Ocky.

Ia menuturkan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan dilakukan dengan cara yang mempertahankan potensi biodiversitas untuk memenuhi kebutuhan manusia saat ini dan masa depan untuk mencegah penurunan jangka panjang.