Jayapura (ANTARA News) - Markas Besar TNI menyatakan tidak pernah merekayasa konflik di Papua.

"Tidak ada rekayasa di Papua, semua berjalan sesuai aturan," kata juru bicara TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul kepada ANTARA di Jayapura, Kamis.

Ia menegaskan, keberadaaan TNI di Papua tidak untuk melakukan gelar operasi militer atau merekasaya situasi untuk mengarah pada kondisi itu.

Keberadaan TNI, lanjut Iskandar, untuk mendukung tertib sipil yang berlaku di Papua buka untuk merekayasa situasi, konflik dan lainnya.

"Bahkan keberadaan TNI di Papua juga tidak lagi mengedepankan pendekatan keamanan atau militer, tetapi pendekatan kesejahteraan antara lain dengan melakukan bakti sosial di wilayah rawan," tuturnya.

TNI meminta agar dugaan rekayasa itu disikapi bijaksana, dibuktikan kebenarannya. "TNI juga akan menyikapi dugaan itu dengan hati-hati dan bijaksana," kata Iskandar.

Sebelumnya, Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka membantah telah menembak warga sipil di Jayapura, Papua. Sedikitnya terjadi empat kasus penyerangan jelang perayaan HUT ke-66 RI, sejak 1 Agustus hingga 16 Agustus 2011.

"Yang melakukan penembakan dan penganiayaan terhadap warga sipil adalah OPM piaraan. Kami tidak pernah melakukan itu, itu OPM yang tidak jelas," kata Pimpinan TPN OPM Wilayah Mamberamo dan Serui Lambert Pekikir.

Ia menegaskan, markas besar internasional OPM telah memerintahkan untuk tidak mengangkat senjata menyerang warga sipil ataupun TNI. "Jadi, saya juga heran mengapa ada orang yang melakukan itu dan mengkambinghitamkan OPM dengan memasang bendera kami," ujarnya.

Ia menuding aparat keamanan Indonesia telah sengaja memperkeruh Papua dengan membuat skenario bahwa OPM-lah pelakunya.

"Itu pekerjaan dan cara lama, kami sudah tahu. Lihat saja, masyarakat Papua tidak terprovokasi," ucapnya.

Ia meminta Kapolda Papua Irjen Pol Bigman Lumban Tobing dan Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Erfi Triassunu untuk menjaga keamanan dan menangkap pelaku penembakan di Jayapura.

Dalam operasinya di hutan Jayapura, Rabu (10/8) hingga Sabtu (13/8), polisi menemukan sebuah dokumen rencana penyerangan pada 17 Agustus dari OPM.

Terdapat pula bendera Bintang Kejora yang bertuliskan "dokkumer viaggen central, PO Box 14. 9100 AA Dokkum Holland".

Polisi sudah menetapkan otak di balik seluruh penyerangan adalah Danny Kogoya. "Dia pimpinan OPM-nya, dia jadi target utama saat ini," kata Kapolres Kota Jayapura Ajun Komisaris Besar Imam Setiawan.

Dalam kasus terakhir, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam, Indrawahyudi, diserang kelompok tak dikenal yang diduga Organisasi Papua Merdeka, Selasa (16/8) dini hari sekitar pukul 04.00 WIT.

Korban dipanah di bagian punggung tembus depan saat hendak Shalat Subuh di Masjid Nurus Sakinah BTN Puskopad, Tanah Hitam, Abepura, Jayapura.

(R018/C004)