Yogyakarta (ANTARA News) - Malam tirakatan memperingati kemerdekaan Republik Indonesia merupakan sebuah perenungan spiritual agar dapat menunaikan cita-cita dan semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X.
"Merenung sesungguhnya adalah upaya mengakrabi lingkungan yang selalu berubah, memahami potensi diri seraya membuka peluang, mendalami kelemahan sambil mengukur tantangan dan hambatan untuk mencari solusi pemecahan agar tidak terseret oleh pusaran zaman yang berubah cepat," katanya di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia pada malam tirakatan memperingati HUT Ke-66 Proklamasi Kemerdekaan RI, setelah 66 tahun merdeka, rakyat berhak bertanya buat apa kemerdekaan itu jika sekarang bangsa ini selalu terancam oleh perseteruan, konflik dan krisis kepercayaan yang berkepanjangan.
"Padahal, untuk merdeka berapa banyak rakyat yang telah menjadi korban dan berapa banyak prajurit yang telah gugur, tidak terhitung banyaknya harta dan nyawa yang telah diserahkan," katanya.
Ia mengatakan yang belum diserahkan saat ini adalah bagaimana menghormati dan menghargai kemerdekaan itu sendiri. Namun, jika semua kekurangan dan kelebihan itu diperhitungkan, bangsa ini terpaksa menundukan kepala bahwa potensi sumber daya alam dan semangat kreativitas rakyat belum dipimpin secara kompeten.
"Neraca pemanfaatan sumber daya alam dan potensi rakyat yang tampaknya suram itu bukan alasan untuk menyerah, angkat tangan, dan mengikuti rangkaian kegiatan memperingati Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus hanya sebatas ritual," katanya.
Menurut dia, tidak ada peluang bagi rakyat yang prihatin mengamati situasi kondisi bangsa dan negara untuk merenungkan apakah makna yang tersimpul dalam peristiwa amat bersejarah itu masih relevan dengan situasi yang dihadapi bangsa saat ini.
"Apakah proklamasi kemerdekaan masih mampu menjadi sumber inspirasi yang mengangkat rakyat dari tekanan depresi melihat bangsa ini seperti terjerat dalam rawa persoalan. Kita mungkin tidak tergugah lagi betapa peristiwa proklamasi itu merupakan tonggak sejarah yang amat penting untuk mengangkat harkat bangsa sebagai bangsa merdeka," katanya.
Ia mengatakan fakta sejarah itu kemudian menjadi kabur dan kehilangan makna. Hal itu karena setiap kali memperingati hari kemerdekaan hanya formalitas tanpa mengena tujuan didirikannya republik ini.
"Oleh karena itu, alangkah naifnya jika kemerdekaan yang diraih dengan penuh pengorbanan dinodai perilaku tidak terpuji seperti korupsi, penyalahgunaan wewenang, penegakan keadilan yang tidak didapatkan orang kecil, dan perilaku menyimpang lainnya," kata Sultan.
Malam tirakatan dihadiri sekitar 500 orang, terdiri atas unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Provinsi DIY, kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD), pejabat eselon III dan IV di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY.
(L.B015*H010)
Sultan: malam tirakatan HUT RI perenungan spiritual
16 Agustus 2011 23:22 WIB
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X (FOTO. ANTARA)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
Tags: