Yogyakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan pemerintah bakal segera mengatur harga acuan tahu dan tempe untuk menjaga kestabilan harga di pasaran menyusul kenaikan harga kedelai impor.

"Apa yang kami kerjakan, kami menjembatani antara pengrajin dan penjual tempe di pasar dengan menentukan harga acuan daripada tahu dan tempe. Ini akan segara kami keluarkan," kata Lutfi saat melakukan kunjungan di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Lutfi, harga kedelai saat ini memang tinggi. Namun demikian, sebetulnya masih lebih rendah jika dibandingkan harga pada Mei 2021.

"Sekarang ini harganya 15,86 dolar AS segatangnya atau setara dengan Rp11.500 sampai di pengrajin, jadi harganya memang tinggi tapi waktu itu sempat lebih mahal, sempat Rp12.000 pada saat itu," kata dia.

Ia menyadari bahwa tingginya harga kedelai telah memicu pengrajin tahu dan tempe melakukan aksi mogok berproduksi.

Kendati demikian, menurut dia, tidak semua pengrajin mengikuti aksi itu.

"Mereka masih ramai tidak semuanya setuju (aksi mogok). Jadi antara satu asosiasi di satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda," kata dia.

Lutfi menuturkan bahwa harga kedelai telah diatur secara internasional karena merupakan salah satu komoditas yang tinggi di level internasional.

Saat ini, kata dia, Indonesia masih memiliki stok kedelai mencapai 300 ribu ton sehingga diperkirakan masih bisa memenuhi kebutuhan selama dua bulan ke depan.

"Cukup untuk dua bulan kira-kira," ucap Lutfi.


Baca juga: Mendag siapkan kebijakan untuk antisipasi kenaikan harga kedelai
Baca juga: Kementan ungkap 2 kelebihan kedelai lokal dibanding impor
Baca juga: Mendag: Harga kedelai tinggi dipengaruhi El Nina di Amerika Selatan