5.227 kasus Omicron di Indonesia didominasi transmisi lokal
22 Februari 2022 19:48 WIB
Tangkapan layar Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan keterangan pers yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Selasa (22/2/2022). (ANTARA/Andi Firdaus).
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI melaporkan jumlah kasus Omicron di Indonesia berdasarkan hasil deteksi acak hingga saat ini berjumlah 5.227 kasus yang didominasi transmisi lokal.
"Kalau total kasus Omicron yang sudah kita deteksi ada 5.227 kasus, di mana 1.879 adalah kasus yang dibawa pelaku perjalanan luar negeri dan 3.200-an lainnya adalah transmisi lokal yang terjadi di masyarakat," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan keterangan pers yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Selasa sore.
Baca juga: Kemenkes: Positif COVID-19 varian Omicron di Indonesia 2.980 kasus
Nadia mengatakan, tidak semua kasus positif COVID-19 di Indonesia dilakukan pemeriksaan kasus Omicron melalui metode whole genom sekuensing (WGS).
"Temuan varian Omicron oleh pemerintah dilakukan secara sampel acak yang diambil dari kasus positif untuk kemudian menentukan dari sampel acak tadi berapa banyak atau jenis apa saja varian yang beredar," katanya.
Baca juga: Menkes sebut Omicron di Indonesia mencapai 1.988 kasus
Menurut Nadia, hingga saat ini 90 persen dari sampel acak yang dikirimkan untuk dilakukan pemeriksaan WGS merupakan varian Omicron.
Untuk itu masyarakat diimbau untuk selalu mematuhi protokol kesehatan serta menyegerakan diri mengakses layanan vaksinasi COVID-19 sesuai dengan kelompok sasaran.
“Percepatan vaksinasi baik primer maupun booster perlu dilakukan mengingat pasien COVID-19 yang meninggal dunia sebagian besar adalah masyarakat yang belum divaksinasi, lansia dan orang dengan penyakit penyerta,” katanya.
Baca juga: Menkes laporkan jumlah kematian akibat Omicron di Indonesia tiga kasus
Untuk itu, pihaknya mendorong daerah yang cakupan vaksinasinya belum sesuai dengan target kekebalan kelompok yakni minimal 70 persen dari populasi agar terus digencarkan.
Nadia juga mengajak masyarakat yang belum vaksinasi maupun yang belum melengkapi dosis primer juga booster terutama pada lansia agar segera melakukan vaksinasi di fasilitas pelayanan kesehatan atau di sentra vaksinasi terdekat.
“Mengingat faktor risikonya yang tinggi, kami mengimbau kepada masyarakat yang memang belum divaksinasi ataupun vaksinasinya belum lengkap, agar secepatnya dilengkapi. Jangan menunda dan jangan pilih-pilih vaksin, karena vaksinasi terbaik adalah vaksinasi yang dilakukan sekarang juga,” katanya.
Baca juga: Satgas: Kondisi kasus COVID-19 di Indonesia masih terkendali
Baca juga: Omicron di Indonesia capai 882 kasus, terbanyak asal Arab Saudi
"Kalau total kasus Omicron yang sudah kita deteksi ada 5.227 kasus, di mana 1.879 adalah kasus yang dibawa pelaku perjalanan luar negeri dan 3.200-an lainnya adalah transmisi lokal yang terjadi di masyarakat," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan keterangan pers yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Selasa sore.
Baca juga: Kemenkes: Positif COVID-19 varian Omicron di Indonesia 2.980 kasus
Nadia mengatakan, tidak semua kasus positif COVID-19 di Indonesia dilakukan pemeriksaan kasus Omicron melalui metode whole genom sekuensing (WGS).
"Temuan varian Omicron oleh pemerintah dilakukan secara sampel acak yang diambil dari kasus positif untuk kemudian menentukan dari sampel acak tadi berapa banyak atau jenis apa saja varian yang beredar," katanya.
Baca juga: Menkes sebut Omicron di Indonesia mencapai 1.988 kasus
Menurut Nadia, hingga saat ini 90 persen dari sampel acak yang dikirimkan untuk dilakukan pemeriksaan WGS merupakan varian Omicron.
Untuk itu masyarakat diimbau untuk selalu mematuhi protokol kesehatan serta menyegerakan diri mengakses layanan vaksinasi COVID-19 sesuai dengan kelompok sasaran.
“Percepatan vaksinasi baik primer maupun booster perlu dilakukan mengingat pasien COVID-19 yang meninggal dunia sebagian besar adalah masyarakat yang belum divaksinasi, lansia dan orang dengan penyakit penyerta,” katanya.
Baca juga: Menkes laporkan jumlah kematian akibat Omicron di Indonesia tiga kasus
Untuk itu, pihaknya mendorong daerah yang cakupan vaksinasinya belum sesuai dengan target kekebalan kelompok yakni minimal 70 persen dari populasi agar terus digencarkan.
Nadia juga mengajak masyarakat yang belum vaksinasi maupun yang belum melengkapi dosis primer juga booster terutama pada lansia agar segera melakukan vaksinasi di fasilitas pelayanan kesehatan atau di sentra vaksinasi terdekat.
“Mengingat faktor risikonya yang tinggi, kami mengimbau kepada masyarakat yang memang belum divaksinasi ataupun vaksinasinya belum lengkap, agar secepatnya dilengkapi. Jangan menunda dan jangan pilih-pilih vaksin, karena vaksinasi terbaik adalah vaksinasi yang dilakukan sekarang juga,” katanya.
Baca juga: Satgas: Kondisi kasus COVID-19 di Indonesia masih terkendali
Baca juga: Omicron di Indonesia capai 882 kasus, terbanyak asal Arab Saudi
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: