Digeruduk warga Muara Angke, DKI janjikan percepatan100 kios air
22 Februari 2022 17:42 WIB
Warga mengangkat jeriken saat berunjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta, di Jakarta, Selasa (22/2/2022). Dalam aksinya tersebut warga Muara Angke, Jakarta Utara menuntut Gubernur Anies Baswedan untuk menyediakan air layak minum. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI menjanjikan percepatan realisasi 100 kios air bersih untuk warga Muara Angke, Jakarta Utara.
"Sudah dialokasikan 100 kios air, itu ada tiga tahap. Nanti akan saya cek lagi dan minta secepatnya agar bisa masuk (ke wilayah warga)," kata Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Afan Adriansyah Idris, di Balai Kota Jakarta, Selasa.
Penegasan itu menanggapi aksi puluhan warga Muara Angke yang mendatangi Balai Kota DKI Jakarta dengan menuntut layanan air minum kepada Gubernur Anies Baswedan Selasa ini,
Afan meminta kepada warga, agar setelah kios air bersih tersebut selesai agar bisa dijaga dan dikelola dengan baik.
Lebih lanjut, dia juga menyebut ada subsidi dari Pemprov yang terjangkau sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terkait dengan harga.
Baca juga: Wali Kota Jakut minta warga lapor RT/RW kalau kesulitan air bersih
"Sangat murah kok, jangan khawatir. Sudah disesuaikan dengan Pergub 57 Tahun 2021," katanya.
Sebelumnya, sejumlah warga Muara Angke mendatangi gedung Balai Kota DKI Jakarta.
Mereka membawa jeriken dan meminta Pemprov DKI membuatkan kios air karena mengalami krisis air bersih.
Krisis air bersih itu terjadi di wilayah Blok Limbah, Blok Eceng dan Blok Empang, Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara yang sejak 1980-an hingga sekarang dan belum pernah mendapatkan layanan air minum dari Pemprov DKI Jakarta.
Salah satu warga Muara Angke, Nur Wenny, mengatakan belum pernah ada layanan air minum dari Pemprov DKI yang masuk ke wilayah mereka. Hanya satu titik kios air yang dibangun pada 2020 di Kampung Blok Eceng, Muara Angke, Jakarta Utara.
Baca juga: Pemprov DKI maksimalkan PAM guna sediakan air bersih di Jakut
"Belum pernah ada layanan air minum dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang masuk ke lokasi kecuali satu titik kios air yang dibangun pada 2020 di Kampung Blok Eceng, tapi itu pun dioperasikan secara komersial," kata Wenny.
Selama ini warga mengkonsumsi air minum dengan cara membeli dari air isi ulang galon dan air kemasan, sedangkan untuk kebutuhan seperti mencuci dan mandi, warga menggunakan air yang bersumber dari air tanah dalam dan pikulan.
Satu keluarga bisa menghabiskan Rp13 ribu untuk kebutuhan air minum setiap harinya.
"Selama ini warga mengkonsumsi air minum dengan cara membeli air yang bersumber dari air isi ulang galon dan air kemasan dalam botol," jelas isi surat permohonan layanan air minum dari warga Blok Limbah, Blok Eceng, Blok Empang, Muara Angke, yang diberikan kepada Pemprov DKI Jakarta.
Dalam surat yang dipersiapkan warga untuk Anies itu juga, tertulis jumlah kebutuhan air bersih untuk mandi dan mencuci pakaian yang menghabiskan Rp25 ribu per keluarga setiap harinya.
Baca juga: Pemprov DKI tingkatkan layanan pipa air bersih di Jakarta Utara
Dengan mayoritas warga yang bekerja sebagai nelayan. Mereka mengaku sangat terbebani oleh pengeluaran tersebut.
"Jika dirupiahkan, kebutuhan air untuk cuci dan mandi per keluarga per hari sebanyak 200 liter dikalikan harga per pikul sebesar Rp5.000, maka per keluarga per hari mengeluarkan uang sebesar Rp25 ribu," jelas isi surat warga.
Mereka pun mengaku, dengan mayoritas warga yang bekerja di bidang nelayan tradisional dan sektor ekonomi informal lainnya, maka biaya sebesar itu sangat membebani ekonomi.
"Sudah dialokasikan 100 kios air, itu ada tiga tahap. Nanti akan saya cek lagi dan minta secepatnya agar bisa masuk (ke wilayah warga)," kata Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Afan Adriansyah Idris, di Balai Kota Jakarta, Selasa.
Penegasan itu menanggapi aksi puluhan warga Muara Angke yang mendatangi Balai Kota DKI Jakarta dengan menuntut layanan air minum kepada Gubernur Anies Baswedan Selasa ini,
Afan meminta kepada warga, agar setelah kios air bersih tersebut selesai agar bisa dijaga dan dikelola dengan baik.
Lebih lanjut, dia juga menyebut ada subsidi dari Pemprov yang terjangkau sehingga masyarakat tidak perlu khawatir terkait dengan harga.
Baca juga: Wali Kota Jakut minta warga lapor RT/RW kalau kesulitan air bersih
"Sangat murah kok, jangan khawatir. Sudah disesuaikan dengan Pergub 57 Tahun 2021," katanya.
Sebelumnya, sejumlah warga Muara Angke mendatangi gedung Balai Kota DKI Jakarta.
Mereka membawa jeriken dan meminta Pemprov DKI membuatkan kios air karena mengalami krisis air bersih.
Krisis air bersih itu terjadi di wilayah Blok Limbah, Blok Eceng dan Blok Empang, Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara yang sejak 1980-an hingga sekarang dan belum pernah mendapatkan layanan air minum dari Pemprov DKI Jakarta.
Salah satu warga Muara Angke, Nur Wenny, mengatakan belum pernah ada layanan air minum dari Pemprov DKI yang masuk ke wilayah mereka. Hanya satu titik kios air yang dibangun pada 2020 di Kampung Blok Eceng, Muara Angke, Jakarta Utara.
Baca juga: Pemprov DKI maksimalkan PAM guna sediakan air bersih di Jakut
"Belum pernah ada layanan air minum dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang masuk ke lokasi kecuali satu titik kios air yang dibangun pada 2020 di Kampung Blok Eceng, tapi itu pun dioperasikan secara komersial," kata Wenny.
Selama ini warga mengkonsumsi air minum dengan cara membeli dari air isi ulang galon dan air kemasan, sedangkan untuk kebutuhan seperti mencuci dan mandi, warga menggunakan air yang bersumber dari air tanah dalam dan pikulan.
Satu keluarga bisa menghabiskan Rp13 ribu untuk kebutuhan air minum setiap harinya.
"Selama ini warga mengkonsumsi air minum dengan cara membeli air yang bersumber dari air isi ulang galon dan air kemasan dalam botol," jelas isi surat permohonan layanan air minum dari warga Blok Limbah, Blok Eceng, Blok Empang, Muara Angke, yang diberikan kepada Pemprov DKI Jakarta.
Dalam surat yang dipersiapkan warga untuk Anies itu juga, tertulis jumlah kebutuhan air bersih untuk mandi dan mencuci pakaian yang menghabiskan Rp25 ribu per keluarga setiap harinya.
Baca juga: Pemprov DKI tingkatkan layanan pipa air bersih di Jakarta Utara
Dengan mayoritas warga yang bekerja sebagai nelayan. Mereka mengaku sangat terbebani oleh pengeluaran tersebut.
"Jika dirupiahkan, kebutuhan air untuk cuci dan mandi per keluarga per hari sebanyak 200 liter dikalikan harga per pikul sebesar Rp5.000, maka per keluarga per hari mengeluarkan uang sebesar Rp25 ribu," jelas isi surat warga.
Mereka pun mengaku, dengan mayoritas warga yang bekerja di bidang nelayan tradisional dan sektor ekonomi informal lainnya, maka biaya sebesar itu sangat membebani ekonomi.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022
Tags: