Strategi Satgas Penanganan COVID-19 hadapi lonjakan kasus
22 Februari 2022 13:47 WIB
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Dr Sonny Harry B. Harmadi saat diskusi virtual di Jakarta, Kamis (19/11/2020). (ANTARA/Muhammad Zulfikar/am).
Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menerapkan sejumlah strategi menghadapi lonjakan kasus, mulai dari mengaktifkan peran Duta Perubahan Perilaku hingga pembagian masker gratis kepada masyarakat.
"Dalam dua bulan terakhir, kami melakukan penebalan (rekrutmen baru) Duta Perubahan Perilaku sebanyak 28.687 orang di seluruh Indonesia," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Nasional, Sonny Harry B Harmadi melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan upaya tersebut merupakan salah satu strategi pihaknya menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang didominasi varian omicron. Tujuannya, untuk menghindari lonjakan kasus tak terkendali yang berakibat pada beban berlebih di fasilitas kesehatan.
Baca juga: Kapolri minta jajaran petakan penyebab kenaikan COVID-19
Duta Perubahan Perilaku yang direkrut telah diberi pelatihan khusus dan secara sukarela turun langsung ke lapangan, mengedukasi masyarakat untuk menerapkan perilaku pencegahan penularan dengan 3M, mendukung upaya 3T dan vaksinasi. Hingga saat ini tercatat 163.113 orang duta perubahan perilaku yang tersebar di 502 kabupaten/kota se-Indonesia.
Selama dua bulan terakhir, kata Sonny, lebih dari 2 juta orang diedukasi langsung oleh para Duta Perubahan Perilaku. Tidak kurang dari 2 juta masker dibagikan untuk masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
Selain penggerakan lapangan, kata Sonny, Satgas juga melakukan kampanye masif pencegahan penularan melalui media luar ruangan, media elektronik, media daring, dan media sosial.
"Sesuai arahan Letjen TNI Suharyanto selaku Kepala BNPB sekaligus Kasatgas, BNPB diminta ikut memasifkan pembagian masker di lapangan selama Februari 2022," katanya.
Sekitar 2,5 juta masker turut dibagikan oleh tim BNPB di wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya sebagai upaya mitigasi mengurangi risiko penularan COVID-19.
Baca juga: 348 sekolah masih ditutup imbas lonjakan kasus COVID-19
Berdasarkan data dashboard monitoring perubahan perilaku, Sonny menjelaskan bahwa skor kepatuhan masyarakat terhadap 3M cenderung meningkat.
Skor kepatuhan memakai masker naik, dari 7,82 (Januari 2021) menjadi 8,09 (Februari 2022). Pada periode yang sama, skor kepatuhan menjaga jarak juga naik, dari 7,55 menjadi 7,85. Sedangkan skor kepatuhan mencuci tangan membaik, dari 7,59 ke angka 8,00. Rentang skor kepatuhan antara 1 (sangat tidak patuh) hingga 10 (sangat patuh).
Sonny mengatakan saat terjadi lonjakan kasus dan kenaikan positive rate, masyarakat merespons peningkatan risiko penularan dengan membatasi aktivitas dan lebih ketat menerapkan protokol kesehatan.
“Selama 2 tahun pandemi, perilaku adaptif pencegahan penularan COVID-19 sudah terjadi di masyarakat. Sayangnya kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan belum diikuti oleh kepatuhan institusi," kata Sonny.
Baca juga: Kapolri minta pengendalian lonjakan COVID-19 dilakukan secara maksimal
Baca juga: Kemenkes: Jumlah pasien di RS rendah meski COVID-19 sedang melonjak
Dari seluruh institusi yang dipantau di lapangan selama Januari-Februari 2022, baru sekitar 14,18 persen institusi/fasilitas publik yang memiliki petugas pengawas pelaksanaan protokol kesehatan.
Satgas Penanganan COVID-19 mengimbau satgas daerah agar terus meningkatkan pengawasan protokol kesehatan di fasilitas publik terutama di pasar tradisional, restoran/kedai, terminal, dan tempat-tempat wisata. Sedangkan pengawasan protokol kesehatan yang relatif sudah lebih baik terutama di perkantoran, sekolah dan tempat ibadah.
"Dalam dua bulan terakhir, kami melakukan penebalan (rekrutmen baru) Duta Perubahan Perilaku sebanyak 28.687 orang di seluruh Indonesia," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 Nasional, Sonny Harry B Harmadi melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan upaya tersebut merupakan salah satu strategi pihaknya menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang didominasi varian omicron. Tujuannya, untuk menghindari lonjakan kasus tak terkendali yang berakibat pada beban berlebih di fasilitas kesehatan.
Baca juga: Kapolri minta jajaran petakan penyebab kenaikan COVID-19
Duta Perubahan Perilaku yang direkrut telah diberi pelatihan khusus dan secara sukarela turun langsung ke lapangan, mengedukasi masyarakat untuk menerapkan perilaku pencegahan penularan dengan 3M, mendukung upaya 3T dan vaksinasi. Hingga saat ini tercatat 163.113 orang duta perubahan perilaku yang tersebar di 502 kabupaten/kota se-Indonesia.
Selama dua bulan terakhir, kata Sonny, lebih dari 2 juta orang diedukasi langsung oleh para Duta Perubahan Perilaku. Tidak kurang dari 2 juta masker dibagikan untuk masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
Selain penggerakan lapangan, kata Sonny, Satgas juga melakukan kampanye masif pencegahan penularan melalui media luar ruangan, media elektronik, media daring, dan media sosial.
"Sesuai arahan Letjen TNI Suharyanto selaku Kepala BNPB sekaligus Kasatgas, BNPB diminta ikut memasifkan pembagian masker di lapangan selama Februari 2022," katanya.
Sekitar 2,5 juta masker turut dibagikan oleh tim BNPB di wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya sebagai upaya mitigasi mengurangi risiko penularan COVID-19.
Baca juga: 348 sekolah masih ditutup imbas lonjakan kasus COVID-19
Berdasarkan data dashboard monitoring perubahan perilaku, Sonny menjelaskan bahwa skor kepatuhan masyarakat terhadap 3M cenderung meningkat.
Skor kepatuhan memakai masker naik, dari 7,82 (Januari 2021) menjadi 8,09 (Februari 2022). Pada periode yang sama, skor kepatuhan menjaga jarak juga naik, dari 7,55 menjadi 7,85. Sedangkan skor kepatuhan mencuci tangan membaik, dari 7,59 ke angka 8,00. Rentang skor kepatuhan antara 1 (sangat tidak patuh) hingga 10 (sangat patuh).
Sonny mengatakan saat terjadi lonjakan kasus dan kenaikan positive rate, masyarakat merespons peningkatan risiko penularan dengan membatasi aktivitas dan lebih ketat menerapkan protokol kesehatan.
“Selama 2 tahun pandemi, perilaku adaptif pencegahan penularan COVID-19 sudah terjadi di masyarakat. Sayangnya kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan belum diikuti oleh kepatuhan institusi," kata Sonny.
Baca juga: Kapolri minta pengendalian lonjakan COVID-19 dilakukan secara maksimal
Baca juga: Kemenkes: Jumlah pasien di RS rendah meski COVID-19 sedang melonjak
Dari seluruh institusi yang dipantau di lapangan selama Januari-Februari 2022, baru sekitar 14,18 persen institusi/fasilitas publik yang memiliki petugas pengawas pelaksanaan protokol kesehatan.
Satgas Penanganan COVID-19 mengimbau satgas daerah agar terus meningkatkan pengawasan protokol kesehatan di fasilitas publik terutama di pasar tradisional, restoran/kedai, terminal, dan tempat-tempat wisata. Sedangkan pengawasan protokol kesehatan yang relatif sudah lebih baik terutama di perkantoran, sekolah dan tempat ibadah.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022
Tags: