Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPK) Margo Yuwono mengatakan merujuk data selama pandemi COVID-19 mobilitas masyarakat amat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi nasional.

"Kinerja pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan mobilitas masyarakat. Pada masa awal pandemi, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi cukup dalam, tapi itu terus membaik seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat akibat pengendalian kasus COVID-19," kata Margo dalam Diskusi Publik Forum Masyarakat Statistik yang dipantau di Jakarta, Senin.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan perekonomian pada kuartal I 2022 berpotensi kembali melemah akibat penyebaran varian Omicron.

Baca juga: Bappenas: Pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan merata tahun ini

Apabila terus menyebar dan meningkatkan kasus positif COVID-19, pemerintah berpotensi kembali memperketat Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang akan berdampak terhadap kegiatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022.

Padahal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada 2022 sebesar 5,2 persen year on year diperlukan setidaknya perekonomian tiap kuartal harus tumbuh 5,0 persen.

Eko memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 4,3 persen pada 2022 karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan penyaluran kredit akan tumbuh 7,5 persen plus minus 1 persen atau Rp6.201,22 triliun.

Baca juga: Erick Thohir optimis ekonomi RI bisa tumbuh di atas 5 persen pada 2023

Menurutnya pada tahun-tahun sebelumnya ekonomi Indonesia yang bertumbuh di kisaran 5 persen selalu diikuti dengan pertumbuhan kredit sekitar 9,5 persen persen.

"Itu artinya masih terdapat gap kebutuhan kredit sebesar Rp589,2 triliun untuk menopang target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% di tahun ini," kata Eko.