Surabaya (ANTARA News) - Keberlangsungan krisis ekonomi di beberapa negara di Benua Eropa-Amerika Serikat (AS) berdampak positif terhadap kinerja ekspor Jawa Timur karena diprediksi mengalami pertumbuhan dibandingkan kondisi normal.

"Kami tidak khawatir krisis ekonomi di dua benua tersebut dapat mempengaruhi ekspor Jatim. Apalagi, sekarang kinerja ekspor kami justru menunjukkan peningkatan 50 persen," kata Chief Excutive Officer/CEO Maspion Group, Alim Markus, ditanya terkait dampak krisis Eropa-AS terhadap ekspor produk keperluan rumah tangga, di Surabaya, Sabtu.

Menurut dia, kondisi tersebut menyusul investasi di bursa saham internasional lebih berbahaya atau berpengaruh besar terhadap kerugian yang diterima pasar bursa saham internasional.

"Daripada mereka khawatir investasi di bursa saham internasional tidak aman, mayoritas mengalihkan dananya ke investasi komoditas baik bahan baku pangan maupun emas," ujarnya.

Namun, ia menyadari, volume ekspor produknya ke Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara di Benua Eropa akan turun pada masa mendatang menyusul berkurangnya kemampuan pasar ekspor internasional membeli komoditas dari sejumlah negara di dunia.

"Akan tetapi, kami yakin pasar AS dan Eropa tetap membutuhkan beragam komoditas dari Indonesia terutama Jatim meskipun jumlahnya tidak seperti permintaannya selama ini," katanya.

Sementara itu, terkait dampak perjanjian perdagangan bebas "Asean-China Free Trade Agreement/ACFTA" terhadap neraca perdagangan nasional, ia meminta, pemerintah selalu waspada pengaruh pasca dibukanya keran perdagangan internasional tersebut.

"Apalagi, akibat ACFTA kini barang impor China semakin merajai pasar Indonesia 80 persen," katanya.

Untuk itu, saran dia, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan ada baiknya memperketat kemudahan perizinan SNI terhadap barang yang akan masuk ke pasar Indonesia mengingat upaya itu dapat meningkatkan permintaan produk domestik.

"Bahkan, perlu disyaratkan peminta SNI dari luar negeri wajib membangun pabrik di Indonesia. Jika tidak, jangan diluluskan izin SNI-nya," katanya.

Menyikapi dampak krisis Eropa-AS di Jatim, Gubernur Jatim, Soekarwo, membenarkan, pengaruhnya tidak akan sampai ke Indonesia termasuk provinsi ini mengingat neraca perdagangan Jatim semakin membaik. Bahkan, kini ekspor Jatim mencatatkan kenaikan 50 persen.

"Apalagi, pasar nasional pernah mengalami dua kali krisis ekonomi baik tahun 1998 dan 2008 sehingga sudah berpengalaman dalam menghadapi permasalahan itu," katanya.