Menperin apresiasi PT Smelting tingkatkan kapasitas katoda tembaga
20 Februari 2022 17:17 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kanan) mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada acara Groundbreaking Ceremony Expansion Project PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, Sabtu (19/2/2022). ANTARA/HO-Biro Humas Kemenperin/am.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi upaya hilirisasi PT Smelting dengan meningkatkan kembali kapasitas produksi smelter tembaga hingga 30 persen, sehingga kapasitas produksinya naik menjadi 342 ribu ton dari 300 ribu ton katoda tembaga per tahun.
“Kami mendapat laporan, investasi dari ekspansinya kali ini mencapai 231 juta dolar AS, dan ditargetkan pembangunannya selesai sebelum akhir Desember 2023,” kata Menperin Agus Gumiwang lewat keterangannya diterima di Jakarta, Minggu.
Menperin dalam kunjungan kerjanya ke Surabaya itu menyampaikan kebijakan hilirisasi menjadi salah satu sumber penerimaan negara dengan produk turunannya untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri.
Ekspansi PT Smelting telah dilakukan sebanyak empat kali dalam rangka peningkatan kapasitas produksi. Tahap pertama, kapasitas produksi katoda tembaga dari PT Smelting sebesar 200 ribu ton per tahun.
Pada 1999 ekspansi pertama dilakukan dengan menambah kapasitas produksi katoda tembaga menjadi 255 ribu ton per tahun. Berikutnya, tahun 2001 ditingkatkan lagi menjadi 270 ribu ton. Ekspansi ketiga pada 2009 menambah kapasitas jadi 300 ribu ton per tahun.
Selama ini PT Smelting mengolah konsentrat tembaga hasil tambang PT Freeport Indonesia di Papua. PT Smelting mempunyai tiga pabrik terdiri dari pabrik peleburan (smelter), pabrik pemurnian (refinery), dan pabrik asam sulfat.
Baca juga: Menko Airlangga lakukan "groundbreaking" perluasan PT Smelting Gresik
"PT Smelting yang didirikan sejak tahun 1996 di Gresik ini, menjadi pembangunan refinery mineral yang pertama di Indonesia. Dengan ekspansi ini, PT Smelting juga menjadi pabrik smelter tembaga yang pertama dan satu-satunya di Indonesia," papar Menperin.
Melalui pembangunan pabrik baru PT Smelting ini yang semula hanya mengolah 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun, akan meningkat kapasitasnya menjadi 1,3 juta ton konsentrat per tahun.
"Dengan kontribusi dari perusahaan refinery lainnya yang memiliki kapasitas serapan konsentrat 2 juta ton, maka di Gresik ini akan menghasilkan total serapan konsentrat 3,3 juta ton. Artinya Gresik ini akan menjadi wilayah sentra hilirisasi tembaga,” imbuhnya.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial PT Smelting Irjuniawan P Radjamin mengemukakan proyek ekspansi kali ini juga untuk menambah pabrik asam sulfat baru. Selain itu menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter dan menambah jumlah sel elektrolisa di refinery.
"PT Smelting terus berkomitmen untuk terus berkontribusi terhadap negeri kita tercinta. Dengan peningkatan kapasitas produksi ini, tentu akan makin mengokohkan Indonesia sebagai salah satu produsen tembaga dunia," ucapnya.
Baca juga: Kilang minyak mineral di Gresik mampu olah 3,3 juta ton konsentrat
“Kami mendapat laporan, investasi dari ekspansinya kali ini mencapai 231 juta dolar AS, dan ditargetkan pembangunannya selesai sebelum akhir Desember 2023,” kata Menperin Agus Gumiwang lewat keterangannya diterima di Jakarta, Minggu.
Menperin dalam kunjungan kerjanya ke Surabaya itu menyampaikan kebijakan hilirisasi menjadi salah satu sumber penerimaan negara dengan produk turunannya untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri.
Ekspansi PT Smelting telah dilakukan sebanyak empat kali dalam rangka peningkatan kapasitas produksi. Tahap pertama, kapasitas produksi katoda tembaga dari PT Smelting sebesar 200 ribu ton per tahun.
Pada 1999 ekspansi pertama dilakukan dengan menambah kapasitas produksi katoda tembaga menjadi 255 ribu ton per tahun. Berikutnya, tahun 2001 ditingkatkan lagi menjadi 270 ribu ton. Ekspansi ketiga pada 2009 menambah kapasitas jadi 300 ribu ton per tahun.
Selama ini PT Smelting mengolah konsentrat tembaga hasil tambang PT Freeport Indonesia di Papua. PT Smelting mempunyai tiga pabrik terdiri dari pabrik peleburan (smelter), pabrik pemurnian (refinery), dan pabrik asam sulfat.
Baca juga: Menko Airlangga lakukan "groundbreaking" perluasan PT Smelting Gresik
"PT Smelting yang didirikan sejak tahun 1996 di Gresik ini, menjadi pembangunan refinery mineral yang pertama di Indonesia. Dengan ekspansi ini, PT Smelting juga menjadi pabrik smelter tembaga yang pertama dan satu-satunya di Indonesia," papar Menperin.
Melalui pembangunan pabrik baru PT Smelting ini yang semula hanya mengolah 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun, akan meningkat kapasitasnya menjadi 1,3 juta ton konsentrat per tahun.
"Dengan kontribusi dari perusahaan refinery lainnya yang memiliki kapasitas serapan konsentrat 2 juta ton, maka di Gresik ini akan menghasilkan total serapan konsentrat 3,3 juta ton. Artinya Gresik ini akan menjadi wilayah sentra hilirisasi tembaga,” imbuhnya.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial PT Smelting Irjuniawan P Radjamin mengemukakan proyek ekspansi kali ini juga untuk menambah pabrik asam sulfat baru. Selain itu menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter dan menambah jumlah sel elektrolisa di refinery.
"PT Smelting terus berkomitmen untuk terus berkontribusi terhadap negeri kita tercinta. Dengan peningkatan kapasitas produksi ini, tentu akan makin mengokohkan Indonesia sebagai salah satu produsen tembaga dunia," ucapnya.
Baca juga: Kilang minyak mineral di Gresik mampu olah 3,3 juta ton konsentrat
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: