Singapura Tertarik Olah Sampah Jadi Pupuk
12 Agustus 2011 19:25 WIB
Seorang petugas kebersihan mengais sampah yang menutup pintu air Manggarai, Jakarta, Selasa (5/7). Pintu air Manggarai sebagai indikator debit dan ketinggian air sungai di ibukota timbunan sampah plastik dan sterofoam yang tidak terurai. (ANTARA/Paramayuda)
Kudus (ANTARA News) - Investor luar negeri tertarik memanfaatkan sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kudus sebagai bahan baku untuk membuat pupuk.
"Ketertarikan investor asal Singapura, diketahui ketika mengikuti temu bisnis di Semarang yang dihadiri investor lokal dan luar negeri pada Juli 2011," kata Kepala Kantor Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Kudus, Yuli Kasiyanto melalui Kasi Penanaman Modal Aryanto, di Kudus, Jumat.
Pada kesempatan tersebut, katanya, Kudus menawarkan investasi di bidang pengembangan pusat bisnis di wilayah Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus, dan pengembangan bisnis di kawasan campuran yang ada di Jalan Lingkar Kudus.
Ternyata, lanjut dia, ada investor asal luar negeri yang tertarik mendirikan industri pupuk dengan memanfaatkan sampah di TPA sebagai bahan baku utamanya.
Selain itu, lanjut dia, ada pula investor yang tertarik di bidang industri garmen, mengingat beberapa tahun yang lalu Kudus juga pernah memiliki beberapa industri garmen.
Potensi lain yang dimiliki Kudus, yakni kawasan Terminal Induk Jati Kudus untuk dimanfaatkan sebagai pusat perdagangan.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kudus, Hari Triyogo menyambut, positif karena sampah yang ada di TPA bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk, sehingga dapat mengurangi penumpukan di Tempat Pembuangan Akhir sampah.
Sebelumnya, kata dia, sejumlah upaya dilakukan untuk mengurangi sampah yang ada di TPA, seperti mengupayakan agar sampah dapat dimanfaatkan seperti halnya sampah organik dapat dikelola menjadi kompos menjalin kerjasama dengan Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) Logung.
Hanya saja, lanjut dia, kegiatan tersebut tidak berjalan lancar, karena disebabkan oleh berbagai faktor.
"Jika investor asing tersebut tertarik dan benar-benar akan direalisasikan, pengambilannya harus menggunakan teknik yang benar agar tidak merusak teknis pengolahan sampah," ujarnya.
Dengan adanya pemanfaatan tersebut, kapasitas pengelolaan sampah rumah tangga bisa ditingkatkan karena selama ini sampah yang tertangani baru mencapai 450 meter kubik per hari dari jumlah produksi sampah di seluruh Kabupaten Kudus per hari sekitar 650 meter kubik.
Dari 450 meter kubik tersebut, sekitar 45 persennya berasal dari sampah rumah tangga, 37 persen sampah pasar, dan sisanya sampah dari toko, restauran, industri, dan tempat publik. (ANT/K004)
"Ketertarikan investor asal Singapura, diketahui ketika mengikuti temu bisnis di Semarang yang dihadiri investor lokal dan luar negeri pada Juli 2011," kata Kepala Kantor Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Kudus, Yuli Kasiyanto melalui Kasi Penanaman Modal Aryanto, di Kudus, Jumat.
Pada kesempatan tersebut, katanya, Kudus menawarkan investasi di bidang pengembangan pusat bisnis di wilayah Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus, dan pengembangan bisnis di kawasan campuran yang ada di Jalan Lingkar Kudus.
Ternyata, lanjut dia, ada investor asal luar negeri yang tertarik mendirikan industri pupuk dengan memanfaatkan sampah di TPA sebagai bahan baku utamanya.
Selain itu, lanjut dia, ada pula investor yang tertarik di bidang industri garmen, mengingat beberapa tahun yang lalu Kudus juga pernah memiliki beberapa industri garmen.
Potensi lain yang dimiliki Kudus, yakni kawasan Terminal Induk Jati Kudus untuk dimanfaatkan sebagai pusat perdagangan.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kudus, Hari Triyogo menyambut, positif karena sampah yang ada di TPA bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk, sehingga dapat mengurangi penumpukan di Tempat Pembuangan Akhir sampah.
Sebelumnya, kata dia, sejumlah upaya dilakukan untuk mengurangi sampah yang ada di TPA, seperti mengupayakan agar sampah dapat dimanfaatkan seperti halnya sampah organik dapat dikelola menjadi kompos menjalin kerjasama dengan Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) Logung.
Hanya saja, lanjut dia, kegiatan tersebut tidak berjalan lancar, karena disebabkan oleh berbagai faktor.
"Jika investor asing tersebut tertarik dan benar-benar akan direalisasikan, pengambilannya harus menggunakan teknik yang benar agar tidak merusak teknis pengolahan sampah," ujarnya.
Dengan adanya pemanfaatan tersebut, kapasitas pengelolaan sampah rumah tangga bisa ditingkatkan karena selama ini sampah yang tertangani baru mencapai 450 meter kubik per hari dari jumlah produksi sampah di seluruh Kabupaten Kudus per hari sekitar 650 meter kubik.
Dari 450 meter kubik tersebut, sekitar 45 persennya berasal dari sampah rumah tangga, 37 persen sampah pasar, dan sisanya sampah dari toko, restauran, industri, dan tempat publik. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
Tags: