PBB (ANTARA News/AFP/Reuters) - Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon pada Kamis menyampaikan peringatan perihal jumlah korban sipil yang meningkat dalam konflik di Libya, termasuk korban sipil yang diakibatkan oleh serangan udara NATO.

Tanpa menyebut pihak manapun, Ban minta pada "semua pihak" untuk berhati-hati sekali dalam pertempuran, kata sebuah pernyataan PBB.

"Sekjen sangat prihatin dengan laporan-laporan mengenai jumlah besar korban sipil yang tak dapat diterima sebagai akibat dari konflik di Libya," katanya.

"Sekretaris jendral minta pada semua pihak untuk berhati-hati sekali dalam tindakan mereka, dalam upaya untuk meminimalkan kematian lagi warga sipil," pernyataan itu menambahkan.

Ban selama telah menjadi pembela setia tindakan NATO terhadap pemimpin Libya Muamar Gaddafi, yang dimulai pada Maret lalu.

Tapi serangan udara NATO itu telah memancing kecaman keras dari sejumlah anggota Dewan Keamaan PBB, yang dipimpin oleh Rusia, China, Brazil, India dan Afrika Selatan, yang mengatakan tindakan aliansi itu telah melampaui resolusi PBB terhadap Libya.

Awal pekan ini, Rusia, India, Brazil dan delegasi Dewan Keamanan PBB lainnya telah menyampaikan keprihatinan atas serangan NATO terhadap televisi negara Libya pada bulan lalu dan serangan lainnya yang diduga menewaskan sejumlah warga sipil.

Dirjen Organisasi Pendidikan, Sains dan Kebudayaan (UNESCO) Irina Bokova pekan ini juga menyatakan serangan NATO terhadap markas besar lembaga siaran negara Libya dimana tiga orang tewas sebagai tidak dapat diterima.

"Saya menyesalkan serangan NATO terhadap Al-Jamahiriya dan instalasinya," kata Bokova dalam sebuah pernyataan. "Oulet media seharusnya tidak ditargetkan dalam aksi militer."

NATO mengatakan bulan lalu bahwa mereka telah membom tiga bagian transmisi satelit yang berpangkalan di darat di Tripoli untuk membungkam "siaran teror" di televisi negara oleh pemimpin Libya Muamar Gaddafi pada saat pemberontakan terhadap pemeritahannya.

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bersikeras bahwa serangannya di bawah resolusi PBB yang disahkan tahun ini, yang membolehkan tindakan (serangan udara) untuk melindungi warga sipil di Libya.

Pemerintah Libya, bagaimanapun, menuduh serangan udara NATO telah menyebabkan puluhan warga sipil tewas, hal yang bertentangan dengan tujuan yang mereka katakan semula, untuk melindungi warga sipil dari aksi brutal rezim Gaddafi.

Sebelumnya, Rabu, kata PBB, Ban telah berbicara dengan PM Libya Baghdadi al-Mahmudi, menyampaikan keprihatinannya atas korban sipil dan "tiadanya kemajuan mutlak dalam upaya untuk menemukan solusi yang dirundingkan secara politik terhadap krisis di Libya".

Dalam pernyataan terakhirnya, Ban mengatakan "tidak akan bisa ada penyelesaian militer atas krisis di Libya".

Ia minta pada kedua belah pihak untuk menanggapi gagasan-gagasan bagi penyelesaian yang diajukan pada mereka oleh utusannya untuk Libya, Abdel Elah al-Khatib.


(S008)(H-AK)