Minyak merosot di Asia karena prospek pelonggaran sanksi minyak Iran
18 Februari 2022 09:47 WIB
Arsip foto - Unit pompa terlihat di ladang minyak Gudong di Dongying, provinsi Shandong China timur. ANTARA/Oriental Image via Reuters Connect/pri.
Melbourne (ANTARA) - Harga minyak merosot di perdagangan Asia pada Jumat pagi, setelah ayunan liar selama seminggu karena prospek pasokan tambahan dari Iran kembali ke pasar, melebihi kekhawatiran kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina yang dapat mengganggu pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent turun 68 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 92,29 dolar AS per barel pada pukul 01.24 GMT, memperpanjang penurunan 1,9 persen di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 67 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 91,09 dolar AS per barel, setelah meluncur 2,0 persen di sesi sebelumnya.
Kedua kontrak acuan menuju penurunan mingguan pertama mereka dalam sembilan minggu setelah mencapai poin tertinggi sejak September 2014, karena kesepakatan yang terbentuk untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia.
Para diplomat mengatakan rancangan kesepakatan itu menguraikan urutan langkah-langkah yang pada akhirnya akan mengarah pada pemberian keringanan sanksi minyak. Itu akan membawa sekitar 1 juta barel per hari minyak kembali ke pasar, tetapi waktunya tidak jelas.
"Namun demikian, momok potensi 1 juta barel per hari mengenai pasar minyak membuat harga minyak mentah Brent berada di bawah tekanan," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Analis tidak memperkirakan harga akan turun banyak dalam waktu dekat, bahkan dengan prospek kembalinya lebih banyak minyak Iran, dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, berjuang untuk memenuhi target produksi mereka.
“Pasar minyak rentan terhadap gangguan pasokan mengingat stok minyak global mendekati posisi terendah tujuh tahun dan karena kapasitas cadangan OPEC+ dipertanyakan mengingat pertumbuhan pasokan OPEC+ yang mengecewakan,” kata analis Commonwealth Bank (CBA), Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Dengan permintaan minyak juga pulih karena perjalanan udara dan lalu lintas jalan raya meningkat, CBA memperkirakan Brent bertahan di kisaran 90 dolar AS hingga 100 dolar AS per barel dalam jangka pendek dan mencapai 100 dolar AS "cukup mudah" jika ketegangan meningkat antara Rusia dan Ukraina.
Presiden AS Joe Biden akan menjadi tuan rumah pembicaraan melalui telepon pada Jumat tentang krisis Ukraina dengan para pemimpin Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Rumania, Inggris, Uni Eropa, dan NATO, kantor Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan.
Minyak mentah berjangka Brent turun 68 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 92,29 dolar AS per barel pada pukul 01.24 GMT, memperpanjang penurunan 1,9 persen di sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 67 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 91,09 dolar AS per barel, setelah meluncur 2,0 persen di sesi sebelumnya.
Kedua kontrak acuan menuju penurunan mingguan pertama mereka dalam sembilan minggu setelah mencapai poin tertinggi sejak September 2014, karena kesepakatan yang terbentuk untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia.
Para diplomat mengatakan rancangan kesepakatan itu menguraikan urutan langkah-langkah yang pada akhirnya akan mengarah pada pemberian keringanan sanksi minyak. Itu akan membawa sekitar 1 juta barel per hari minyak kembali ke pasar, tetapi waktunya tidak jelas.
"Namun demikian, momok potensi 1 juta barel per hari mengenai pasar minyak membuat harga minyak mentah Brent berada di bawah tekanan," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Analis tidak memperkirakan harga akan turun banyak dalam waktu dekat, bahkan dengan prospek kembalinya lebih banyak minyak Iran, dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, berjuang untuk memenuhi target produksi mereka.
“Pasar minyak rentan terhadap gangguan pasokan mengingat stok minyak global mendekati posisi terendah tujuh tahun dan karena kapasitas cadangan OPEC+ dipertanyakan mengingat pertumbuhan pasokan OPEC+ yang mengecewakan,” kata analis Commonwealth Bank (CBA), Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Dengan permintaan minyak juga pulih karena perjalanan udara dan lalu lintas jalan raya meningkat, CBA memperkirakan Brent bertahan di kisaran 90 dolar AS hingga 100 dolar AS per barel dalam jangka pendek dan mencapai 100 dolar AS "cukup mudah" jika ketegangan meningkat antara Rusia dan Ukraina.
Presiden AS Joe Biden akan menjadi tuan rumah pembicaraan melalui telepon pada Jumat tentang krisis Ukraina dengan para pemimpin Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Rumania, Inggris, Uni Eropa, dan NATO, kantor Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: