Jakarta (ANTARA News) - Musisi kondang pemimpin Twilite Orkestra Addie MS memandang orkestra sebagai layaknya bahasa resmi dalam suatu "diplomasi" dunia antarnegara yang tak memiliki hambatan ideologis.

Namun sayangnya, menurut suami dari penyanyi Memes tersebut, bahasa pergaulan tersebut justru tidak berkembang dan terabaikan di Indonesia.

"Okestra menjadi bahasa dunia `lingua franca`, dan menjadi bahasa pergaulan seluruh dunia, dan diterima di semua negara, dari AS hingga Korea Utara. Namun perkembangan di kita masih jauh dan sepertinya terabaikan," kata Addie saat bertamu ke LKBN ANTARA, Rabu.

Ia pun menceritakan, bagaimana AS saat memulai hubungan baik dengan Rusia menggunakan instrumen Orkestra Simponi, begitu pula saat meredakan ketegangan antara AS dengan China.

Bahkan pada 2008, orkestra simponi AS memainkan lagu kembangsaan "Star Spangled Banner" di Pyongyang, Korea Utara.

"Ini tak mungkin terjadi kalau dinyanyikan dengan jazz, atau pop di Korea Utara, mereka pasti menolak, itu AS, itu setan," katanya.

Ia pun menambahkan, sebagai bahasa dunia, simponi orkestra telah menjadi ajang untuk saling berbagi dan saling mengunjungi antarnegara.

Menurut Adi, orkestra dengan empat "keluarga" musik petik, gesek, tiup dan perkusi (tabuh/pukul) menjadi kombinasi dari berbagai tradisi alat musik di dunia sehingga dapat diterima di berbagai negara.

"Jepang punya tradisi musik tabuh, China, Korea begitu pula, namun mereka kemudian memiliki maestro musik klasik dunia," katanya.

Namun demikian, ia menyanyangkan, hingga saat ini orkestra simponi dan musik klasik belum berkembang dengan baik di Indonesia.

"Padahal tetangga-tetangga kita telah melangkah jauh, seperti Malaysia, Vietnam dan kita justru tertinggal," katanya.(*)

(T.M041/M026)