Jakarta (ANTARA) - Infrastruktur pendukung dalam proses pertanian hingga pasca panen serta sumber daya manusia (SDM) dinilai menjadi tantangan dalam pengembangan sektor pertanian Indonesia, kata Analis Kebijakan Bappenas Jarot Indarto.

Jarot dalam diskusi G20 sektor pertanian mengenai ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis, mengatakan usia petani dan nelayan di Indonesia semakin menua yang menjadi tantangan untuk melakukan regenerasi dalam jangka waktu menengah hingga panjang.

SDM pertanian yang sudah tak lagi muda, kata Jarot, menyebabkan terbatasnya akses pada informasi, akses ke potensi pasar, termasuk akses ke pendanaan.

Jarot menyebutkan saat ini data pembiayaan kredit perbankan untuk sektor UMKM tidak sampai 20 persen. Dari jumlah tersebut, kata Jarot, UMKM pertanian lebih sedikit mengakses pembiayaan dibanding UMKM sektor perdagangan.

Sedangkan di sisi infrastruktur pertanian, Jarot berpendapat masih harus ditingkatkan agar pertanian Indonesia bisa berkembang menjadi pertanian modern.

"Kendala infrastruktur yang ada ini menyebabkan kendala di peningkatan produktivitas. Kendala di jalan desa, infrastruktur energi, maupun infrastruktur komunikasi. Karena adopsi teknologi itu bisa menjadi salah satu upaya kita bersama untuk mengatasi tantangan-tantangan tadi," kata Jarot.

Selain itu, Jarot juga menyebut skala usaha kecil di sektor pertanian dan biaya produksi yang tinggi masih menjadi tantangan yang harus segera dicarikan solusinya.

Jarot juga menekankan pentingnya mengembangkan kemitraan usaha yang lebih baik antara petani, nelayan, dengan pihak-pihak terkait.

Baca juga: Masalah klasik kian menjerat petani saat pandemi COVID-19
Baca juga: Peneliti: Ongkos pertanian Indonesia lebih mahal dari negara lain
Baca juga: Menteri PPN sebut indikator kesejahteraan petani 2021 lampaui target