G20 Indonesia
Injeksi likuiditas BI ke perbankan capai 5,6 persen PDB dalam 2 tahun
17 Februari 2022 11:42 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berbincang dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelum memimpin pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL/rwa/aa.
Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan injeksi likuiditas ke perbankan telah mencapai 5,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dua tahun terakhir, sehingga likuiditas akan dikurangi secara bertahap.
"Kami akan mulai menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) pada bulan Maret, Juni, dan September agar kembali seperti sebelum COVID-19," ucap Perry dalam Side Event Presidensi G20 Indonesia di Jakarta, Kamis.
Kendati begitu, otoritas moneter akan tetap memastikan perbankan bisa menyalurkan kredit dan membeli Surat Berharga Negara (SBN).
Perry menegaskan likuiditas perbankan saat ini masih sangat longgar dan suku bunga kebijakan 3,5 persen tetap akan kami jaga rendah sampai terdapat tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental.
Meski demikian, bank sentral tetap perlu melakukan kalibrasi bauran kebijakan mulai tahun ini, yang akan dimulai dengan kenaikan GWM.
"Kebijakan moneter akan mulai menjaga stabilisasi, namun kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar, serta inklusi ekonomi dan keuangan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Selain itu, ia mengungkapkan proses normalisasi kebijakan juga akan dilakukan dengan stabilisasi nilai tukar rupiah, berkoordinasi erat dengan Kementerian Keuangan agar dampak kenaikan obligasi Amerika Serikat (AS) tetap mendukung stabilitas sistem keuangan Indonesia.
Hal tersebut dilakukan dengan menjaga perbedaan antara imbal hasil atau yield SBN dengan yield obligasi AS, dan tetap menjaga stabilitas kurs Garuda.
Baca juga: BI tambah likuiditas perbankan Rp10,34 triliun per 8 Februari
Baca juga: Sri Mulyani: Dana BLBI Rp110 triliun akan ditagih ke 22 obligor
Baca juga: BI borong SBN di pasar perdana Rp142,74 triliun sejak awal 2021
"Kami akan mulai menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) pada bulan Maret, Juni, dan September agar kembali seperti sebelum COVID-19," ucap Perry dalam Side Event Presidensi G20 Indonesia di Jakarta, Kamis.
Kendati begitu, otoritas moneter akan tetap memastikan perbankan bisa menyalurkan kredit dan membeli Surat Berharga Negara (SBN).
Perry menegaskan likuiditas perbankan saat ini masih sangat longgar dan suku bunga kebijakan 3,5 persen tetap akan kami jaga rendah sampai terdapat tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental.
Meski demikian, bank sentral tetap perlu melakukan kalibrasi bauran kebijakan mulai tahun ini, yang akan dimulai dengan kenaikan GWM.
"Kebijakan moneter akan mulai menjaga stabilisasi, namun kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar, serta inklusi ekonomi dan keuangan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Selain itu, ia mengungkapkan proses normalisasi kebijakan juga akan dilakukan dengan stabilisasi nilai tukar rupiah, berkoordinasi erat dengan Kementerian Keuangan agar dampak kenaikan obligasi Amerika Serikat (AS) tetap mendukung stabilitas sistem keuangan Indonesia.
Hal tersebut dilakukan dengan menjaga perbedaan antara imbal hasil atau yield SBN dengan yield obligasi AS, dan tetap menjaga stabilitas kurs Garuda.
Baca juga: BI tambah likuiditas perbankan Rp10,34 triliun per 8 Februari
Baca juga: Sri Mulyani: Dana BLBI Rp110 triliun akan ditagih ke 22 obligor
Baca juga: BI borong SBN di pasar perdana Rp142,74 triliun sejak awal 2021
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: