Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution menyatakan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cukup tajam belum berpengaruh pada kondisi fundamental ekonomi lainnya.

Usai rapat kabinet terbatas membahas antisipasi gejolak perekonomian dunia di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin, Darmin mengatakan gejolak perekonomian dunia yang dipicu oleh defisit anggaran negara-negara maju dan turunnya peringkat utang jangka panjang Amerika Serikat itu memang berpotensi berdampak pada negara-negara lain.

Meski demikian, pengaruhnya baru sebatas pada penurunan IHSG karena kekhawatiran para pelaku pasar dan belum meluas ke bidang lain.

"Artinya ada gejolak tetapi belum di semua area. IHSG sudah turun banyak tetapi kurs Rupiah menguat dalam batas yang masih dapat diterima," jelasnya.

Darwin menilai sampai saat ini perekonomian dalam negeri masih normal dan belum mengarah pada kondisi yang buruk karena tidak terjadi penarikan keluar arus modal secara besar-besaran.

"Situasi belum buruk benar. Rasio utang kita lebih rendah diukur dengan negara mana pun, sehingga dilihat dari segi utang negara kita tidak perlu dikhawatirkan seperti negara-negara yang sudah berat itu," tuturnya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pengantar sebelum memimpin rapat juga menyatakan kondisi fundamental ekonomi Indonesia seperti makro ekonomi, cadangan devisa, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, berada dalam kondisi baik.

Meski demikian, pemerintah tetap menyiapkan kebijakan untuk mengantisipasi gejolak ekonomi dunia seperti ketika menghadapi krisis finansial global pada 2008-2009.

Pemerintah juga akan bersinergi dengan BI untuk mengoordinasikan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.(*)
(T.D013/B012)