Jakarta (ANTARA News) - Yingluck Shinawatra, adik mantan PM Thailand yang buron Thaksin Shinawathra, akhirnya resmi terpilih sebagai PM wanita pertama di kerajaan itu, setelah kemenangan partainya, Pheu Thai, yang luar biasa merontokkan Partai Demokrat yang berkuasa.

Kemunculan Yingluck, 44 tahun, yang fotogenik dan selalu ramah menghadapi pers bukan saja menarik dari segi sosok, tetapi juga dari sisi kemampuan berpolitik dan berpemerintahan.

Adik bungsu Thaksin, PM yang ditumbangkan kemudian hidup mewah di luar negeri karena tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan itu, sebelum Pheu Thai dibentuk abangnya hampir tak pernah terdengar kiprahnya di dunia politik.

Ia betul-betul pendatang baru, karena sebelumnya lebih banyak dikenal sebagai wanita pengusaha, yang tiba-tiba namanya meroket di blantika politik, dan merontokkan Partai Demokrat yang berkuasa.

Namun demikian, Yingluk dengan tegas menyatakan tidak benar kalau dia buta sama sekali terhadap politik, karena pada dasarnya dia terlahir dari keluarga yang menggeluti dunia politik.

Lahir di satu kota di Provinsi Chiangmai utara pada 27 Juni 1967, ia mengaku terbiasa dengan dunia politik yang digeluti oleh ayah dan abangnya.

Ibu satu anak lelaki yang masih diragukan oleh banyak pihak tentang kemampuannya mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi Thailand ini, sebelumnya dikenal sebagai pucuk pimpinan perusahaan telekomunikasi dan properti milik keluarga.

"Ayah saya seorang politisi dan juga abang saya, karena itu saya sudah mengenal politik sejak kecil," katanya menangkis keraguan sejumlah pengamat.

Penyandang gelar master dari Kentucky State University, AS itu pada Jumat pagi dipilih sebagai perdana menteri baru Thailand dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat, dan mendapat restu kerajaan dalam satu upacara di kantor pusat Partai Pheu Thai pada Senin.

Maka, wanita yang mengenakan stelan warna gelap dan berkalung mutiara isteri pengusaha Anusorn Amornchat itu resmi menjadi perdana menteri ke-28, dan diduga wanita PM termuda di dunia.

Sekitar 60 persen atau 296 dari 500 anggota Dewan memberikan suara kepada Yingluk pada sidang pleno DPR Jumat pagi.

"Berdasarkan hasil pemungutan suara, Yingluck Shinawatra menerima dukungan lebih dari separoh kursi Dewan, yang membuatnya menjadi perdana menteri (baru)," kata Ketua DPR Somsak Kietsuranon.

Dalam sidang itu, Partai Demokrat yang berkuasa memilih `abstain`. Di antara 197 anggota yang abstain termasuk Yingluck sendiri, Ketua DPR dan dua Wakil Ketua DPR. Tetapi sebagian terbesar mereka yang abstain berasal dari kalangan oposisi termasuk Partai Demokrat, Bhumjai Thai dan Rak Thai.


Banyak Kendala

Partai Pheu Thai menang mayoritas dalam pemilu awal Juli dengan meraih 265 kursi dari 500 anggota DPR, sedangkan Partai Demokrat hanya menghimpun 159 kursi.

Keterpilihan keanggotaan Yingluck di DPR sebelumnya sempat terkendala protes dari beberapa kalangan penentangnya berkaitan pelanggaran pemilu, termasuk mengizinkan tokoh-tokoh terlarang berkampanye membelanya. Namun Komisi Pemilu mengabaikan protes-protes itu, seperti juga tuduhan terhadap Abhisit Vejjajiva, pemimpin Partai Demokrasi, mengenai tuduhan pembelian suara.

Kelambatan proses dukungan Komisi Pemilu terhadap Yingluck dan beberapa tokoh penting Baju Merah pendukung Thaksin, membuat pendukung Baju Merah marah dan bermaksud melakukan demonstrasi ke Komisi Pemilu.

Tetapi baik Abhisit maupun Yingluck pada pekan ketiga Juli minta para anggota gerakan Baju Merah tidak menekan Komisi Pemilu untuk memaksakan Komisi memberi dukungan kepada calon-calon anggota terpilih dari Pheu Thai.

Abhisit mengatakan, para pemimpin Baju Merah atau Front Persatuan untuk Demokrasi menentang Kediktaoran (UUD) hendaknya tidak menekan Komisi Pemilu. Seruan yang sama juga disampaikan calon PM baru.

Menurut kedua tokoh, Komisi Pemilu harus diberi kebebasan untuk menentukan dukungannya kepada calon-calon anggota parlemen terpilih dalam 30 hari, dan keduanya yakin Komisi Pemilu melakukannya dengan jujur dan adil. Saat itu sekitar 12 anggota terpilih dari Baju Merah belum mendapatkan lampu hijau dari Komisi Pemilu.

Abhisit sejak awal juga menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan serah terima jabatan tanpa ada ganjalan kepada PM Yingluck, yang menyatakan kemenangannya adalah kemenangan rakyat Thailand.


Tidak Ringan

Tetapi tantangan yang akan dihadapi PM Yingluck Shinawatra memang tidak ringan. Pertama-tama dia langsung menghadapi musibah alam banjir dan tanah longsor yang terjadi di setidaknya 20 provinsi.

Banjir dan tanah longsor akibat deraan badai tropis Nock-Ten itu telah menyebabkan puluhan warga Thailand tewas, ribuan orang mengungsi, kehilangan rumah, merusak ladang-ladang pertanian dan properti publik.

Departemen Bencana Mitigasi dan Perlindungan Thailand terakhir melaporkan 20 orang tewas di provinsi utara, timur laut dan tengah, setelah badai Nock-Ten menerjang wilayah itu 25 Juli.

Menurut departemen, total 314.732 rumah tangga terdiri 1,03 juta penduduk terkena musibah banjir atau tanah longsor.

PM baru juga menghadapi dinamika politik negeri Gajah Putih yang terus berkembang dan mudah meradang. Sementara itu konflik wilayah selatan, yang diwarnai konflik sektarian, anti-pemerintah dan separatisme juga masih terus berkobar.

Di sebagian kalangan masyarakat, kinerja PM Yingluck bersama koalisinya tampaknya ditanggapi beragam, karena dia wanita.

Seperti contohnya Suchanya Tenggoi, penduduk Bangkok, dikutip pers setempat mengatakan "dia tidak berpengalaman politik, karena itu saya tidak yakin jika dia bisa bekerja dengan bagus atau tidak."

Namun Phnom Penh menyatakan yakin, pemerintah koalisi yang dipimpin Partai Pheu Thai akan memuluskan perundingan perdamaian antara Kamboja dan Thailand, terutama menyangkut konflik perbatasan di mana terdapat candi abad ke-11 Preah Vihear.

Dr. Ros Chantrabuth, penasehat Royal Avademy of Cambodia, mengatakan Kamboja dan kelompok Baju Merah yang mendukung Partai Pheu Thai memiliki hubungan baik sejak awal.

"Saya yakin bahwa kedua negara akan hidup berdampingan secara damai dan mengakhiri sengketa-sengketa perbatasan," katanya seperti dikutip kantor berita transnasional.

Sebagian rakyat juga percaya bahwa pemerintahan Yingluck akan dibayang-bayangi pengaruh Thaksin. Tetapi Yingluck menegaskan, kemenangannya adalah kemenangan rakyat Thailand, dan ia akan berjuang untuk kesejahteraan rakyat Thailand.

(H-AK)