Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu memperkirakan kinerja ekspor akan terus tumbuh ke depan seiring dengan momentum membaiknya surplus neraca perdagangan.

“Ke depan, kinerja ekspor diperkirakan masih akan kuat didukung oleh permintaan maupun harga yang masih tinggi," kata Febrio dalam keterangan resmi, Rabu.

Pada Januari 2022 ekspor tumbuh hingga 25,31 persen year on year atau sebesar 19,16 miliar dolar AS di tengah meningkatnya risiko dan moderasi pertumbuhan ekonomi serta perdagangan global.

Baca juga: Kementan: ekspor pertanian naik sejalan dengan kesejahteraan petani

Meskipun tumbuh melambat dibandingkan Desember 2021 karena faktor musiman, ekspor yang tetap tumbuh kuat menunjukkan bahwa merebaknya varian Omicron tidak berdampak signifikan pada aktivitas produksi dan ekspor.

Sementara itu kinerja impor Januari 2022 tercatat tumbuh 36,77 persen year on year atau 18,23 miliar dolar AS, yang mencerminkan aktivitas konsumsi dan produksi dalam negeri terus menunjukkan pemulihan.

“Kinerja impor di 2022 diperkirakan semakin meningkat sejalan dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi yang semakin kuat," ucap Febrio.

Baca juga: Kinerja ekspor industri pengolahan naik 31 persen di awal tahun

Dilihat dari jenis penggunaannya, impor barang modal mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 41,94 persen year on year, disusul oleh impor bahan baku atau penolong yang tumbuh sebesar 39,57 persen year on year, dan impor barang konsumsi yang tumbuh di 10,25 persen year on year.

“Peningkatan impor bahan baku dan barang modal mencerminkan berlanjutnya peningkatan aktivitas industri dalam negeri baik untuk memenuhi pasar domestik maupun ekspor. Sementara itu, meningkatnya impor barang konsumsi mencerminkan pulihnya aktifitas konsumsi domestik dan daya beli masyarakat”, lanjut Febrio.

Surplus neraca perdagangan pun berlanjut pada Januari 2022, sebesar 0,93 miliar dolar AS, menjadikan Indonesia mengalami surplus neraca dagang selama 21 bulan berturut-turut.

Pemerintah akan terus mengantisipasi berbagai risiko pada perekonomian global yang berpotensi mempengaruhi kinerja neraca perdagangan Indonesia.

"Pemerintah juga akan terus berupaya mengatasi berbagai kendala struktural yang dihadapi sektor seperti perbaikan logistik melalui percepatan pembangunan infrastruktur, penyederhanaan berbagai perijinan dan lisensi, penguatan National Logistic Ecosystem (NLE), serta penyediaan berbagai fasilitas seperti Kawasan Berikat (KB) dan Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KITE), pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)," tutup Febrio.