Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies Nadia Fairuza mendorong agar Presidensi Indonesia di G20 dapat memprioritaskan transformasi sistem pendidikan untuk beradaptasi terhadap disrupsi akibat pandemi COVID-19.

"Pandemi COVID-19 menunjukkan banyak permasalahan yang selama ini tidak kelihatan dan evaluasi yang didapat dari pembelajaran jarak jauh harus menjadi masukan untuk mempercepat transformasi sistem pendidikan menjadi adaptif dan resilient," kata Nadia dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.

Ia menuturkan empat agenda Indonesia yang akan turut dibahas G20 di bawah kepemimpinan Indonesia pada 2022 adalah pendidikan bermutu untuk semua, teknologi digital dalam pendidikan, solidaritas dan kemitraan, serta masa depan dunia kerja setelah pandemi.

Menurut Nadia, keempat agenda tersebut sangat berkaitan satu sama lain. Akses pendidikan bermutu dapat didukung teknologi melalui kemitraan antara pemerintah dan pihak swasta.

Baca juga: Teknologi dan kualitas pendidikan jadi prioritas pada G20

Baca juga: Nadiem umumkan agenda prioritas pendidikan pada Presidensi G20


Sementara pendidikan bermutu akan mendukung terciptanya sumber daya manusia kompeten yang dapat menjawab tantangan masa depan pascapandemi.

Dari sisi pembelajaran, Nadia menuturkan sistem pendidikan Indonesia perlu fokus pada penguasaan kompetensi dasar siswa seperti keterampilan dasar, transferable, digital dan job-specific.

Keterampilan dasar mencakup kemampuan berhitung dan literasi, transferable adalah kemampuan seperti berpikir kritis, kepemimpinan serta komunikasi.

Kompetensi digital mencakup literasi digital yang memungkinkan siswa mengikuti perubahan dalam kebutuhan industri. Sedangkan keterampilan terakhir adalah yang khusus dibutuhkan berbagai pekerjaan di industri.

"Berbagai kompetensi yang dibutuhkan saat ini, terutama yang berkaitan dengan kompetensi teknologi dan digital membutuhkan kemampuan literasi dan numerasi yang baik,” ujarnya.

Penguasaan keempat keterampilan itu sangat penting untuk meningkatkan produktivitas, dan membantu siswa membangun dan mengembangkan kompetensi lain termasuk keterampilan berpikir kritis, menghubungkan ide secara logis, dan memecahkan masalah kompleks dengan cara yang efektif dan inovatif.

"Kemungkinan untuk membangun kemitraan antara pemerintah dengan swasta di sektor pendidikan, khususnya untuk meningkatkan infrastruktur dan fasilitas pembelajaran jarak jauh perlu dipertimbangkan," tuturnya.

Nadia menuturkan pembangunan infrastruktur dan teknologi pendidikan yang merata di berbagai daerah merupakan komitmen pemerintah yang wajib diwujudkan untuk memperkecil kesenjangan pendidikan antardaerah.

Akses infrastruktur pendidikan yang merata akan berdampak pada partisipasi belajar siswa dan mempersiapkan mereka menghadapi tantangan masa depan.*

Baca juga: Indonesia angkat empat prioritas pendidikan dan kebudayaan pada G20

Baca juga: Mendikbudristek segera umumkan agenda prioritas G20 bidang pendidikan