Jakarta (ANTARA News)- Pasar saham dan pasar uang domestik pada Jumat pagi hingga siang dilanda aksi lepas karena pelaku pasar semakin panik melihat masih berlanjutnya pelemahan bursa global, akibat krisis ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Analis PT First Asia Capital, Ifan Kurniawan, di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa krisis ekonomi AS itu mengakibatkan indeks Dow Jones turun lima persen lebih tinggi dibanding hari sebelumnya empat persen yang menimbulkan kepanikan pasar.

Kemerosotan bursa global diikuti pula pasar regional di mana indeks sahamnya rata-rata mengalami penurunan hampir mencapai empat persen, katanya.

Kondisi ini, menurut dia, mengakibatkan pelaku pasar uang khawatir mereka segera melepas rupiah sehingga mata uang lokal itu terpuruk cukup tajam mendekati angka Rp8.600 per dolar AS.

"Kami memperkirakan rupiah masih akan terkoreksi pada siang nanti, karena pasar makin negatif," ucapnya.

Pasar global yang negatif, lanjut dia mengakibatkan bursa regional juga melemah yang berimbas pada pasar saham Indonesia, sehingga indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) melemah 4,83 persen atau turun 197,135 poin menjadi 3.923,424 poin.

Meski demikian, ia mengemukakan, koreksi harga yang terjadi baik di pasar uang maupun pasar saham tidak akan berlangsung lama karena pelaku asing akan kembali bermain di pasar saham Indonesia.

Pelaku asing, menurut dia, agak panik melihat kemerosotan bursa global yang terus terjadi, sehingga mereka banyak melepas saham dan rupiah untuk mengurangi kerugian yang lebih besar.

"Kami memperkirakan kepanikan investor asing hanya sesaat saja, setelah pasar kembali membaik, maka pelaku akan kembali melakukan pembelian," ucapnya.

Ia mengatakan, gejolak aksi lepas saham itu kemungkinan bisa terhenti pada sore nanti, karena pelaku pasar juga masih menunggu data ekonomi AS yang akan diumumkan pada sore nanti.

Apabila data ekonomi yang akan diumumkan itu positif, ia menilai, maka aksi lepas akan berkurang dan muncul aksi beli pada pekan depan, ujarnya.

Ia pun mengatakan, Indonesia masih merupakan pasar yang menarik bagi asing yang memberikan imbal hasil yang tinggi, karena itu pasar uang dan saham akan kembali bergairah apabila faktor global itu kembali membaik.
(T.H-CS/S004)