Legislator: produksi pangan ditingkatkan lepas ketergantungan impor
14 Februari 2022 13:08 WIB
Pekerja membongkar muat beras kualitas premium produksi Bulog ke dalam Rumah Pangan Kita (RPK) Perum Bulog Sulawesi Tengah di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (27/1/2022). ANTARA FOTO/Basri Marzuki/wsj. (ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI)
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR RI Abdullah Tuasikal meminta agar produksi pangan dalam negeri ditingkatkan khususnya pada komoditas yang masih belum bisa dipenuhi secara swadaya secara nasional agar Indonesia terlepas dari ketergantungan impor luar negeri.
"Soal impor jagung kedelai daging gula dan beberapa komoditas yang masih bergantung dengan impor kami meminta Kementerian Pertanian untuk mendorong produksi dalam negeri sebesar-besarnya di tahun 2022 ini," kata Abdullah saat rapat dengar pendapat dengan Kementerian Pertanian di Gedung Parlemen Jakarta, Senin.
Bahkan Abdullah mengatakan Kementerian Pertanian jika perlu menggunakan dana automatic adjusment difokuskan untuk peningkatan produksi pertanian dalam negeri.
"Tidak bisakah negeri kaya raya ini memproduksi berbagai komoditas itu dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kita punya? Kenapa sulit sekali untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa tergantung dengan negara lain padahal segalanya kita punya," kata Abdullah.
Menurut dia, pemenuhan kebutuhan pangan di dalam negeri hanya membutuhkan political will yang didukung dengan kerja keras bersama antar kementerian-lembaga. Selain itu dia juga mengingatkan pentingnya menjaga integritas sehingga tidak ada oknum yang mengambil keuntungan secara pribadi ataupun kelompok dalam kebijakan terkait pangan.
Abdullah yang merupakan legislator dari fraksi Partai Nasdem menyampaikan bahwa peningkatan produksi pangan agar bisa lepas dari ketergantungan impor adalah dengan penggunaan teknologi pertanian modern dan keterlibatan SDM pertanian dari kalangan muda atau milenial.
"Kami Fraksi Partai Nasdem dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan tentang urgensi perkembangan pertanian modern yang melibatkan sebesar-besarnya anak muda generasi milenial, generasi Z yang berjumlah 145,39 juta orang. Di saat berbagai negara menggunakan teknologi canggih sedangkan negara kita masih pertanian konvensional yang cenderung usang, Kementerian Pertanian harus mendorong pertanian modern dan keterlibatan anak muda sebagai langkah revolusi pertanian secara sungguh-sungguh, jika tidak sangat percuma kita memiliki bonus demografi dan lahan pertanian yang sangat luas ujung-ujungnya masih impor bahan pangan," kata Abdullah.
Menurut dia, pertanian modern dengan menggunakan teknologi canggih bisa dengan mudah menjalankan proses produksi secara massal yang tidak bisa dilakukan secara konvensional. Kementerian Pertanian diharapkan mendorong anak-anak muda untuk terlibat di dalam pertanian modern karena keterlibatan anak muda merupakan satu hal yang linear dengan pengadopsian teknologi modern.
Baca juga: Indonesia perlu perbaiki pola konsumsi dan produksi olah pangan lokal
Baca juga: RNI: Digitalisasi sektor pangan penting turunkan biaya produksi
"Soal impor jagung kedelai daging gula dan beberapa komoditas yang masih bergantung dengan impor kami meminta Kementerian Pertanian untuk mendorong produksi dalam negeri sebesar-besarnya di tahun 2022 ini," kata Abdullah saat rapat dengar pendapat dengan Kementerian Pertanian di Gedung Parlemen Jakarta, Senin.
Bahkan Abdullah mengatakan Kementerian Pertanian jika perlu menggunakan dana automatic adjusment difokuskan untuk peningkatan produksi pertanian dalam negeri.
"Tidak bisakah negeri kaya raya ini memproduksi berbagai komoditas itu dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kita punya? Kenapa sulit sekali untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa tergantung dengan negara lain padahal segalanya kita punya," kata Abdullah.
Menurut dia, pemenuhan kebutuhan pangan di dalam negeri hanya membutuhkan political will yang didukung dengan kerja keras bersama antar kementerian-lembaga. Selain itu dia juga mengingatkan pentingnya menjaga integritas sehingga tidak ada oknum yang mengambil keuntungan secara pribadi ataupun kelompok dalam kebijakan terkait pangan.
Abdullah yang merupakan legislator dari fraksi Partai Nasdem menyampaikan bahwa peningkatan produksi pangan agar bisa lepas dari ketergantungan impor adalah dengan penggunaan teknologi pertanian modern dan keterlibatan SDM pertanian dari kalangan muda atau milenial.
"Kami Fraksi Partai Nasdem dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan tentang urgensi perkembangan pertanian modern yang melibatkan sebesar-besarnya anak muda generasi milenial, generasi Z yang berjumlah 145,39 juta orang. Di saat berbagai negara menggunakan teknologi canggih sedangkan negara kita masih pertanian konvensional yang cenderung usang, Kementerian Pertanian harus mendorong pertanian modern dan keterlibatan anak muda sebagai langkah revolusi pertanian secara sungguh-sungguh, jika tidak sangat percuma kita memiliki bonus demografi dan lahan pertanian yang sangat luas ujung-ujungnya masih impor bahan pangan," kata Abdullah.
Menurut dia, pertanian modern dengan menggunakan teknologi canggih bisa dengan mudah menjalankan proses produksi secara massal yang tidak bisa dilakukan secara konvensional. Kementerian Pertanian diharapkan mendorong anak-anak muda untuk terlibat di dalam pertanian modern karena keterlibatan anak muda merupakan satu hal yang linear dengan pengadopsian teknologi modern.
Baca juga: Indonesia perlu perbaiki pola konsumsi dan produksi olah pangan lokal
Baca juga: RNI: Digitalisasi sektor pangan penting turunkan biaya produksi
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: