Padang (ANTARA) - Pada pertengahan 2009 Yeni Fitria hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa yang setiap hari rutin mengurus kebutuhan suami dan menjadi ibu bagi empat anaknya.

Selain sebagai rumah tangga, Yeni juga mendapatkan kepercayaan dari masyarakat menjadi Ketua RT di kawasan Sako, Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang.

Sebagai seorang Ketua RT, Yeni cukup aktif mengumpulkan warga dan menggelar kegiatan arisan bagi ibu-ibu rumah tangga. Saat pertemuan arisan, Yeni pun mengemukakan ide untuk membuat usaha kue kering, karena kue kering masa kedaluwarsanya cukup lama.

Ide itu sengaja dikemukakannya, karena menurutnya ibu rumah tangga tidak hanya bekerja mengurus suami dan anak-anaknya karena banyak hal positif yang bisa dilakukan.

Membuat usaha kue kering, menurutnya, merupakan langkah yang tepat dilakukan seorang ibu rumah tangga, setidaknya hasil usaha kue kering bisa membantu kebutuhan ekonomi keluarga.

Saat itulah awal mula Yeni memulai merintis usaha kue kering. Sayangnya ketika itu, tidak ada satu pun ibu-ibu rumah tangga peserta arisan berminat untuk usaha kue kering.

Meski begitu Yeni pun tetap memulai menjalankan ide yang dikemukakannya itu. Dengan modal Rp500 ribu, Yeni membeli bahan untuk kebutuhan membuat kue kering, yaitu kue bawang sayuran.

“Awalnya saya tidak begitu telaten buat kue bawang sayur, tapi keberanian untuk memulai itu yang saya utamakan. Kalau gagal, ya diulangi sampai berhasil. Akhirnya, kue sayur tersebut berhasil dibuat dan saya pasarkan kepada warga sekitar dan beberapa teman saya,” ujar wanita berusia 47 tahun itu.

Seiring berjalannya waktu, kini kue kering dengan merek usaha Kerupuk Azizah terus berkembang pesat. Bahkan saat ini ada 10 jenis kue kering yang diproduksinya. Di antaranya kue bawang original, kue bawang pedas, kue kedele, kue bawang tradisional, kemudian stik kentang, stik ubi ungu, stik keju, stik kentang keju, keripik pangsit rasa udang, kerupuk pisang original dan kerupuk pisang rasa coklat.

Kini pasar Kerupuk Azizah tidak hanya di Kota Padang, tapi semua kabupaten/kota di Sumatera Barat (Sumbar), termasuk Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kerupuk Azizah juga dijual di beberapa kota di luar Sumbar, seperti Medan, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Aceh dan Batam.

Pemasarannya tidak hanya secara luring, tapi juga daring di berbagai platform jual beli daring seperti Shopee dan Tokopedia.

Saat ini Yeni memiliki 30 orang karyawan yang mayoritas warga Kelurahan Batu Gadang. Bahkan saat ini suaminya yang sebelumnya berprofesi sebagai pembuat kompor juga ikut bantu usaha Kerupuk Azizah dengan omzet rata-rata Rp200 juta per bulan.

"Saya bersyukur usaha ini berkembang, dan saya juga senang bisa memberdayakan warga Batu Gadang sebagai karyawan saya,” ujarnya.

Baca juga: Erick Thohir dorong UMKM Sumbar naik kelas lewat menjahit dan memasak


Mitra Semen Padang

Kesuksesan yang diraih Kerupuk Azizah hingga mencapai omzet Rp200 juta per bulan, juga tidak lepas dari dukungan PT Semen Padang melalui program Mitra Binaan yang dikelola oleh CSR PT Semen Padang.

Pada 2015 usaha istri dari Nasril itu (48) itu terus berkembang seiring banyaknya pesanan, sehingga berbagai kebutuhan terutama ketersediaan bahan baku harus dapat terpenuhi.

Untuk memenuhinya, Yeni mengajukan permohonan pinjaman ke CSR PT Semen Padang melalui program Mitra Binaan. Gayung bersambut, Yeni pun diterima sebagai Mitra Binaan dan mendapatkan pinjaman dana bergulir sebesar Rp20 juta. Dari dana itu, Yeni membeli semua kebutuhan bahan baku dan juga peralatan membuat kue kering.

Bukan saat itu saja ia mendapatkan pinjaman modal dari CSR PT Semen Padang.

Suami Yeni, Nasril menceritakan pada saat masih menjalani usaha membuat kompor minyak tanah, juga pernah tiga kali mendapatkan pinjaman.

"Pinjaman pertama tahun 2008 dapat Rp10 juta, kedua di tahun 2010 dapat Rp25 juta, dan terakhir di tahun 2014 dapat pinjaman Rp40 juta. Semua pinjaman itu sudah lama dilunasi," katanya.

Ia pun menyampaikan terima kasih atas dukungan PT Semen Padang terhadap masyarakat sekitar lewat program CSR yang digulirkan.


Investasi Akhirat

Di balik kesuksesan usaha Kerupuk Azizah, ternyata ada hal inspiratif yang dilakukan Yeni. Dalam menjalankan usahanya, ia mengedepankan konsep investasi akhirat yang diterapkan kepada karyawannya.

Setiap pagi sebelum kerja, semua karyawannya wajib untuk berzikir, membaca asmaul husna, dan doa bersama. Kemudian setiap Jumat pagi mulai pukul 07.00 WIB hingga Pukul 08.00 WIB, semua karyawan wajib membaca surat Al Kahfi secara tadarus dari dan pada Sabtu pagi senam bersama.

Selain itu semua karyawan khususnya perempuan yang bekerja di dapur Kerupuk Azizah, juga wajib mengisi buku shalat. Bagi yang tidak mengerjakan salat tanpa alasan yang jelas, didenda sebesar Rp5 ribu untuk sekali meninggalkan salat.

“Aturan ini saya berlakukan sejak saya mulai rekrut karyawan. Tujuannya, supaya kerja disini dunia tetap diraih, dan akhirat tetap utama. Dunia ini sementara, akhirat selamanya,” ucap Yeni.

Selain membuat aturan berkonsep religius, investasi akhirat lainnya yang dilakukan Yeni adalah mendirikan rumah tahfiz yaitu Rumah Quran Azizah gratis untuk masyarakat Batu Gadang dan mendirikan SD IT Alam Azizah di Jalan Sako, Batu Gadang.

Pendirian SD IT Alam itu dibuka secara resmi pada 13 Juli tahun 2020 oleh Harneli Bahar, istri Gubernur Sumbar Mahyeldi.

Di tahun pertama, kata Yeni, jumlah murid yang diterima sebanyak ada 21 orang dan di tahun ajaran kedua jumlah murid yang diterima sebanyak 27 orang. Biaya masuk sekolah tergantung kemampuan orang tua murid.

“Ada yang gratis SPP, karena tujuan sekolah ini didirikan untuk masyarakat kurang mampu,” kata Yeni.

Setelah sukses mendirikan rumah tahfiz dan ST IT Alam Azizahpada Juli 2021, Yeni juga ekspansi ke usaha rumah makan dengan nama Rumah Makan PPKM yang didirikan pada Juli 2021.

Menariknya, harga sebungkus nasi di rumah makan yang berada di Jalan Bukit Ngalau, Batu Gadang, itu hanya Rp5 ribu. Meski murah meriah, porsinya pun sangat mengenyangkan dengan lauk ayam, ikan dan telur.

“Rumah Makan PPKM ini buka setiap hari Senin-Sabtu, dari pukul 10.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Rumah makan ini saya beri nama PPKM, karena arti PPKM itu bukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, tapi Pondok Paruik Kanyang Moibu,” katanya.

Rumah Makan PPKM ini sengaja dibuka, tambah Yeni, bertujuan untuk membantu masyarakat kurang mampu di Kelurahan Batu Gadang.

“Kalau untung jualan nasi Rp5 ribu sebungkus, ya tidak lah. Tiap hari selalu disubsidi dari hasil pendapatan Kerupuk Azizah. Karena ikhtiar saya mendirikan rumah makan ini sebagai bentuk rasa syukur saya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan limpah rezeki," katanya.

Baca juga: Pelaku UMKM di Kota Pariaman didominasi oleh kaum hawa