Uji Klinik Vaksin Merah Putih langkah besar Indonesia hadapi pandemi
12 Februari 2022 12:53 WIB
Tangkapan layar - Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman saat memberikan pernyataan yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu (12/2/2022). ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti.
Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman mengatakan izin uji klinik yang diberikan pada Vaksin Merah Putih merupakan sebuah langkah besar bagi negara Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19.
“Vaksin Merah Putih ini penting. Bukan hanya jangka pendek dalam artian merespon pandemi COVID-19 ini saja, tetapi juga untuk jangka panjang,” katanya dalam pesan suara yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Ia menyatakan meskipun Indonesia sudah memiliki PT. Bio Farma untuk memproduksi vaksin, riset terhadap pengujian vaksin yang betul-betul dimulai sejak awal merupakan sebuah fondasi besar negara untuk masuk ke dalam jajaran negara-negara yang dapat melakukan riset vaksin. Termasuk membantu negara dalam memproduksi ketersediaan atau stok vaksin bagi masyarakat secara mandiri.
“Kemampuan produksi sudah jelas ada, tetapi riset vaksin dari 'research and development' ini menjadi satu keunggulan tersendiri yang memang tidak mudah. Perlu investasi dan perlu memerlukan waktu. Dengan adanya riset seperti ini saja, sebetulnya sudah langkah yang sangat jauh lebih maju untuk kita,” katanya.
Menurut dia bila berbicara mengenai riset sebuah vaksin untuk penyakit menular, peluang keberhasilan yang dimiliki ada sebesar 50 banding 50.
Bila vaksin tersebut dapat berhasil lolos berbagai rangkaian pengujian, maka negara dapat secara mandiri memproduksi vaksin dengan kehalalan yang tidak perlu diragukan untuk dibagikan pada masyarakat.
Negara juga dapat mengubah psikososial sekaligus perilaku masyarakat dalam menanggapi vaksin COVID-19. Namun bila gagal, vaksin Merah Putih menjadi suatu pengalaman yang sangat berharga untuk riset-riset selanjutnya.
“Kalaupun yang lainnya tidak berhasil, setidaknya bisa menjadi satu pengalaman yang sangat berharga bagi penelitian itu. Kegagalan adalah satu fondasi yang baik untuk meraih tahapan berikutnya,” katanya.
Melihat keseriusan anak bangsa, dia berharap pemerintah benar-benar serius dalam memberikan bantuan dalam riset yang sedang dilakukan. Sebab, pengujian vaksin akan terlihat jelas ketika situasi akan melandai ataupun pada saat status pandemi dicabut oleh pemerintah. Selain itu, keberhasilan penelitian juga menjadi penting bila mengingat COVID-19 bukanlah pandemi terakhir maupun Omicron sebagai varian terakhir.
“Sekali lagi, riset Vaksin Merah Putih ini memang perlu terus didukung dan tentu dengan standar- standar yang juga global standar internasional,” kata Dicky Budiman.
Secara terpisah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito menyampaikan bahwa pelaksanaan uji klinik Vaksin Merah Putih pada fase satu dan dua mengikutsertakan 90 sukarelawan pada fase satu dan 405 orang pada fase dua.
Apabila uji klinik fase satu dan dua sudah diperoleh hasil interim dan memenuhi syarat, katanya, maka dapat melanjutkan ke tahap uji klinik fase tiga.
"Setelah diperoleh hasil interim uji klinik fase tiga maka dapat berproses untuk pengajuan ke Badan POM dan mendapatkan persetujuan izin penggunaan darurat (EUA) yang kiranya adalah sekitar pertengahan Juli 2022," kata Penny dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/2).
Ia menegaskan mutu Vaksin Merah Putih yang akan diberikan dalam uji klinik ini sudah terpenuhi dan didukung oleh fasilitas produksi PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia yang memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
PT Biotis sebagai produsen vaksin Merah Putih, secara paralel melakukan persiapan untuk uji klinik fase tiga dengan meningkatkan skala produksi vaksin, termasuk yang akan digunakan pada skala komersial, demikian Penny K. Lukito.
Baca juga: BPOM beri izin uji klinik Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Unair
Baca juga: MUI: Vaksin Merah Putih Unair sudah kantongi sertifikat halal
Baca juga: BPOM targetkan EUA Vaksin Merah Putih Unair terbit Juni 2022
Baca juga: Rektor Unair: PT Biotis produksi sebagian Vaksin Merah Putih
“Vaksin Merah Putih ini penting. Bukan hanya jangka pendek dalam artian merespon pandemi COVID-19 ini saja, tetapi juga untuk jangka panjang,” katanya dalam pesan suara yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Ia menyatakan meskipun Indonesia sudah memiliki PT. Bio Farma untuk memproduksi vaksin, riset terhadap pengujian vaksin yang betul-betul dimulai sejak awal merupakan sebuah fondasi besar negara untuk masuk ke dalam jajaran negara-negara yang dapat melakukan riset vaksin. Termasuk membantu negara dalam memproduksi ketersediaan atau stok vaksin bagi masyarakat secara mandiri.
“Kemampuan produksi sudah jelas ada, tetapi riset vaksin dari 'research and development' ini menjadi satu keunggulan tersendiri yang memang tidak mudah. Perlu investasi dan perlu memerlukan waktu. Dengan adanya riset seperti ini saja, sebetulnya sudah langkah yang sangat jauh lebih maju untuk kita,” katanya.
Menurut dia bila berbicara mengenai riset sebuah vaksin untuk penyakit menular, peluang keberhasilan yang dimiliki ada sebesar 50 banding 50.
Bila vaksin tersebut dapat berhasil lolos berbagai rangkaian pengujian, maka negara dapat secara mandiri memproduksi vaksin dengan kehalalan yang tidak perlu diragukan untuk dibagikan pada masyarakat.
Negara juga dapat mengubah psikososial sekaligus perilaku masyarakat dalam menanggapi vaksin COVID-19. Namun bila gagal, vaksin Merah Putih menjadi suatu pengalaman yang sangat berharga untuk riset-riset selanjutnya.
“Kalaupun yang lainnya tidak berhasil, setidaknya bisa menjadi satu pengalaman yang sangat berharga bagi penelitian itu. Kegagalan adalah satu fondasi yang baik untuk meraih tahapan berikutnya,” katanya.
Melihat keseriusan anak bangsa, dia berharap pemerintah benar-benar serius dalam memberikan bantuan dalam riset yang sedang dilakukan. Sebab, pengujian vaksin akan terlihat jelas ketika situasi akan melandai ataupun pada saat status pandemi dicabut oleh pemerintah. Selain itu, keberhasilan penelitian juga menjadi penting bila mengingat COVID-19 bukanlah pandemi terakhir maupun Omicron sebagai varian terakhir.
“Sekali lagi, riset Vaksin Merah Putih ini memang perlu terus didukung dan tentu dengan standar- standar yang juga global standar internasional,” kata Dicky Budiman.
Secara terpisah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito menyampaikan bahwa pelaksanaan uji klinik Vaksin Merah Putih pada fase satu dan dua mengikutsertakan 90 sukarelawan pada fase satu dan 405 orang pada fase dua.
Apabila uji klinik fase satu dan dua sudah diperoleh hasil interim dan memenuhi syarat, katanya, maka dapat melanjutkan ke tahap uji klinik fase tiga.
"Setelah diperoleh hasil interim uji klinik fase tiga maka dapat berproses untuk pengajuan ke Badan POM dan mendapatkan persetujuan izin penggunaan darurat (EUA) yang kiranya adalah sekitar pertengahan Juli 2022," kata Penny dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/2).
Ia menegaskan mutu Vaksin Merah Putih yang akan diberikan dalam uji klinik ini sudah terpenuhi dan didukung oleh fasilitas produksi PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia yang memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
PT Biotis sebagai produsen vaksin Merah Putih, secara paralel melakukan persiapan untuk uji klinik fase tiga dengan meningkatkan skala produksi vaksin, termasuk yang akan digunakan pada skala komersial, demikian Penny K. Lukito.
Baca juga: BPOM beri izin uji klinik Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Unair
Baca juga: MUI: Vaksin Merah Putih Unair sudah kantongi sertifikat halal
Baca juga: BPOM targetkan EUA Vaksin Merah Putih Unair terbit Juni 2022
Baca juga: Rektor Unair: PT Biotis produksi sebagian Vaksin Merah Putih
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022
Tags: