Pakar sebut penataan hutan dapat sebabkan banjir di dataran tinggi
11 Februari 2022 17:43 WIB
Sejumlah kendaraan melintasi lokasi tanah longsor di jalur wisata Wonosobo - Dieng, Desa Kalilembu, Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah, Senin (15/2/2021). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/rwa. (ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN)
Jakarta (ANTARA) - Penataan kawasan hutan dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banjir dan longsor di dataran tinggi seperti yang terjadi di Dieng Jawa Tengah baru-baru ini, kata Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB University Herry Purnomo.
"Ada sebab-sebab lokal seperti penataan hutan dan ada sebab-sebab global seperti perubahan iklim, cuaca ekstrem. Dua-duanya harus di-address," kata Herry ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta pada Jumat.
Penataan hutan di dataran tinggi, terutama dengan kemiringan besar, seharusnya dikonservasi dan masyarakat melakukan kegiatannya di dataran yang lebih rendah dan relatif aman dari sempadan sungai.
Baca juga: Longsor di Kabupaten Wonosobo akibatkan satu warga luka berat
Namun, peneliti di Centerf for International Forestry Research (CIFOR) itu mengakui masih terdapat kendala untuk mewujudkan tata kelola tersebut dengan terdapat kebutuhan masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi. Untuk mencapainya perlu dilakukan reforma agraria.
"Intinya tata ruang karena masalah lingkungan 80 persen itu masalah tata ruang, di mana kebun, di mana hutan, di mana pemukiman, di mana bisnis," jelasnya.
Baca juga: Pakar IPB: Pelatihan pembesaran rajungan kurangi tekanan lingkungan
Salah satu alternatif dari isu tata ruang tersebut, jelasnya, dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi pertanian seperti hidroponik yang membutuhkan lahan lebih sedikit.
Tapi, dia mengingatkan bahwa mewujudkan hal tersebut membutuhkan adanya investasi dan akses kepada pasar akan produk-produk yang dihasilkan.
Baca juga: Pakar: Pembenahan kawasan hutan salah satu langkah tekan deforestasi
Sebelumnya, banjir dan longsor terjadi di beberapa titik Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah setelah terjadi hujan deras di kawasan tersebut.
Hujan lebat membuat saluran air meluap dan mengakibatkan sejumlah rumah dan lahan perkebunan terendam banjir.
Baca juga: Pakar IPB jelaskan berbagai upaya transplantasi terumbu karang
"Ada sebab-sebab lokal seperti penataan hutan dan ada sebab-sebab global seperti perubahan iklim, cuaca ekstrem. Dua-duanya harus di-address," kata Herry ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta pada Jumat.
Penataan hutan di dataran tinggi, terutama dengan kemiringan besar, seharusnya dikonservasi dan masyarakat melakukan kegiatannya di dataran yang lebih rendah dan relatif aman dari sempadan sungai.
Baca juga: Longsor di Kabupaten Wonosobo akibatkan satu warga luka berat
Namun, peneliti di Centerf for International Forestry Research (CIFOR) itu mengakui masih terdapat kendala untuk mewujudkan tata kelola tersebut dengan terdapat kebutuhan masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi. Untuk mencapainya perlu dilakukan reforma agraria.
"Intinya tata ruang karena masalah lingkungan 80 persen itu masalah tata ruang, di mana kebun, di mana hutan, di mana pemukiman, di mana bisnis," jelasnya.
Baca juga: Pakar IPB: Pelatihan pembesaran rajungan kurangi tekanan lingkungan
Salah satu alternatif dari isu tata ruang tersebut, jelasnya, dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi pertanian seperti hidroponik yang membutuhkan lahan lebih sedikit.
Tapi, dia mengingatkan bahwa mewujudkan hal tersebut membutuhkan adanya investasi dan akses kepada pasar akan produk-produk yang dihasilkan.
Baca juga: Pakar: Pembenahan kawasan hutan salah satu langkah tekan deforestasi
Sebelumnya, banjir dan longsor terjadi di beberapa titik Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah setelah terjadi hujan deras di kawasan tersebut.
Hujan lebat membuat saluran air meluap dan mengakibatkan sejumlah rumah dan lahan perkebunan terendam banjir.
Baca juga: Pakar IPB jelaskan berbagai upaya transplantasi terumbu karang
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022
Tags: