Bojonegoro (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, masih menunggu laporan hasil ekskavasi atau penggalian purbakala di situs Kahyangan Api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, oleh Tim Universitas Indonesia (UI), pada 13-21 Juli lalu.

"Berdasarkan penjelasan Tim UI yang diketuai Dr Ali Akbar, hasil ekskavasi situs Kahyangan Api dilaporkan paling lama dua bulan lagi," kata Kepala Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Saptatik, Selasa.

Ia menjelaskan, berdasarkan laporan secara lisan, Tim UI masih belum bisa mengambil kesimpulan bentuk bantunan pasti dari tumpukan batu bata kuno yang digali itu.

Tim arkeologi UI itu terdiri dari Dr Ali Akbar, Dr R Cecep Eka Permana, Dian Sulistyowati, Agi Ginanjar, dan Isman Pratama Nasution, dibantu 15 mahasiswa jurusan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Studi Arkeologi UI.

Namun, di titik tengah lokasi yang di ekskavasi dengan panjang 37,5 meter, ditemukan satu lubang dengan diameter 2,5X2,5 meter berisi tumpukan arang yang sudah menjadi fosil.

Lubang bekas galian itu masih tetap tidak berubah setelah digali. Rata-rata ukuran bata memfosil itu sepanjang 30 sentimeter, lebar 15 sentimeter dan ketebalan 5 sentimeter.

"Selain batu bata berwarna merah ada juga yang berwarna putih. Satu lubang yang berisi fosil arang menjadi sangat menarik dalam penggalian itu," katanya.

Dugaan sementara, lanjutnya, lubang berisikan fosil itu merupakan satu tungku. "Kemungkinan dari abad tujuh," jelasnya. Kemungkinan lain adalah temuan fosil arang tersebut merupakan bekas lokasi pembuatan senjata, seperti keris di jaman Kerajaan Majapahit.

Hanya saja, lanjutnya, di lokasi situs Kahyangan Api, tidak ada tanda-tanda, di era dulu merupakan pemukiman warga. "Biasanya di suatu daerah dulunya pemukiman, banyak ditemukan gerabah," katanya.

Dalam penggalian itu, Tim UI juga menemukan besi yang sudah berkarat dengan panjang 30 sentimeter yang mirip sebuah tombak. Yang jelas, kata Saptatik, semua temuan arkeologis itu bisa dijadikan acuan untuk mengetahui secara pasti arah bentuk bangunan di situs Kahyangan Api.

"Termasuk kemungkinan masih perlu dilakukan ekskavasi lanjutan atau tidak," katanya menambahkan. (ANT)