BKKBN: Penurunan TFR cegah terjadinya "baby boom" saat pandemi
11 Februari 2022 10:21 WIB
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo saat memberikan kata sambutan yang diterima ANTARA di Jakarta pada Jumat (11/2/2022). ANTARA/HO-BKKBN/am.
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan menurunnya Angka Kelahiran Total (TFR) di Indonesia telah berhasil mencegah terjadinya baby boom pada saat pandemi COVID-19.
“Di satu sisi selama pandemi, memang kita mengalami penurunan dalam pelayanan. Tetapi alhamdulillah data menunjukkan bahwa angka yang terkait dengan Total Fertility Rate itu mengalami penurunan,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan hasil laporan dalam Pendataan Keluarga tahun 2021, angka kelahiran total Indonesia turun menjadi 2,24. Padahal pada tahun 2017 lalu, angka tersebut masih berada pada 2,4.
Walaupun demikian, Hasto meminta kepada semua jajaran beserta bidan untuk tidak cepat berpuas diri mengingat angka kematian ibu (AKI) yang masih tinggi di Tanah Air. Hal tersebut perlu mendapatkan sorotan sebab hampir 80 persen ibu memilih melakukan persalinan melalui bidan.
Baca juga: BKKBN prediksi baby boom 500 ribu kehamilan di Indonesia saat pandemi
Baca juga: WFH berpotensi picu "baby boom"
“Pernah terjadi kenaikan yang mengejutkan di tahun 2007 sudah 228 per 100 ribu kelahiran. Kita bahkan lebih terkejut pada tahun 2012 menjadi 359. Makanya, peran bidan itu penting sekali dalam rangka menurunkan itu,” tegas Hasto.
Selain tingginya angka kematian ibu, pemakaian alat kontrasepsi pasca persalinan yang masih rendah perlu lebih didorong dalam masyarakat. Terlebih dengan banyaknya pasangan usia subur (PUS) yang mau menunda kehamilan namun enggan mengikuti program KB.
Hasto menyarankan pasangan usia subur untuk mengkombinasikan Metode Amenore Laktasi (MAL) dan pemakaian kondom pasca melahirkan serta mendorong para bidan untuk memberikan penyuluhan bagi PUS tersebut.
“Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan spacing (penjarakan) kehamilan untuk mencegah kematian Ibu,” kata dia.
Psikolog Klinik dan Sex Educator Inez Kristanti mengatakan pasangan yang melakukan diskusi mengenai alat kontrasepsi dapat meningkatkan sebuah kesetaraan dalam hubungan.
Inez menuturkan adanya psikologis pemilihan alat kontrasepsi yang dilakukan oleh kedua belah pihak, bisa memberikan dampak yang baik bagi keharmonisan rumah tangga sekaligus menjadi upaya perencanaan keluarga.
“Ini bisa menginisiasi atau meningkatkan asertivitas penggunaan kondom. Itu termasuk ke dalam asertivitas seksual kalau di dalam istilah psikologisnya. Jadi si perempuan dan laki-laki mempunyai peran yang setara dapat bekerjasama sebagai tim untuk menentukan kontrasepsi yang tepat,” kata Inez.
Baca juga: BKKBN Sulut antisipasi "baby boom" saat pandemi COVID-19
Baca juga: BKKBN antisipasi "baby boom" karena penggunaan KB menurun
“Di satu sisi selama pandemi, memang kita mengalami penurunan dalam pelayanan. Tetapi alhamdulillah data menunjukkan bahwa angka yang terkait dengan Total Fertility Rate itu mengalami penurunan,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan hasil laporan dalam Pendataan Keluarga tahun 2021, angka kelahiran total Indonesia turun menjadi 2,24. Padahal pada tahun 2017 lalu, angka tersebut masih berada pada 2,4.
Walaupun demikian, Hasto meminta kepada semua jajaran beserta bidan untuk tidak cepat berpuas diri mengingat angka kematian ibu (AKI) yang masih tinggi di Tanah Air. Hal tersebut perlu mendapatkan sorotan sebab hampir 80 persen ibu memilih melakukan persalinan melalui bidan.
Baca juga: BKKBN prediksi baby boom 500 ribu kehamilan di Indonesia saat pandemi
Baca juga: WFH berpotensi picu "baby boom"
“Pernah terjadi kenaikan yang mengejutkan di tahun 2007 sudah 228 per 100 ribu kelahiran. Kita bahkan lebih terkejut pada tahun 2012 menjadi 359. Makanya, peran bidan itu penting sekali dalam rangka menurunkan itu,” tegas Hasto.
Selain tingginya angka kematian ibu, pemakaian alat kontrasepsi pasca persalinan yang masih rendah perlu lebih didorong dalam masyarakat. Terlebih dengan banyaknya pasangan usia subur (PUS) yang mau menunda kehamilan namun enggan mengikuti program KB.
Hasto menyarankan pasangan usia subur untuk mengkombinasikan Metode Amenore Laktasi (MAL) dan pemakaian kondom pasca melahirkan serta mendorong para bidan untuk memberikan penyuluhan bagi PUS tersebut.
“Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan spacing (penjarakan) kehamilan untuk mencegah kematian Ibu,” kata dia.
Psikolog Klinik dan Sex Educator Inez Kristanti mengatakan pasangan yang melakukan diskusi mengenai alat kontrasepsi dapat meningkatkan sebuah kesetaraan dalam hubungan.
Inez menuturkan adanya psikologis pemilihan alat kontrasepsi yang dilakukan oleh kedua belah pihak, bisa memberikan dampak yang baik bagi keharmonisan rumah tangga sekaligus menjadi upaya perencanaan keluarga.
“Ini bisa menginisiasi atau meningkatkan asertivitas penggunaan kondom. Itu termasuk ke dalam asertivitas seksual kalau di dalam istilah psikologisnya. Jadi si perempuan dan laki-laki mempunyai peran yang setara dapat bekerjasama sebagai tim untuk menentukan kontrasepsi yang tepat,” kata Inez.
Baca juga: BKKBN Sulut antisipasi "baby boom" saat pandemi COVID-19
Baca juga: BKKBN antisipasi "baby boom" karena penggunaan KB menurun
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022
Tags: