Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta jelang akhir pekan melemah merespon rilis data inflasi Amerika Serikat.

Rupiah bergerak melemah 12 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.354 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.342 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah berpotensi tertekan terhadap dolar AS hari ini karena ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif tahun ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Jumat

Menurut Ariston, ekspektasi tersebut menguat setelah data inflasi konsumen AS pada Januari 2022 yang dirilis semalam mencapai 7,5 persen, melebihi inflasi bulan sebelumnya yaitu 7 persen.

Survei FedWatch yang dirilis CME Group menunjukkan probabilitas suku bunga acuan AS naik 50 basis poin pada rapat The Fed selanjutnya pada Maret, meningkat menjadi 85 persen dari sebelumnya hanya 24 persen.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS juga naik karena ekspektasi tersebut. Yield tenor 10 tahun sudah menembus angka 2 persen, level yang belum pernah disentuh sejak Agustus 2019.

"Di sisi lain, optimisme terhadap pemulihan ekonomi global yang membayangi pergerakan pasar keuangan beberapa hari sebelumnya mungkin bisa menahan pelemahan rupiah," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di Rp14.330 per dolar AS hingga Rp14.400 per dolar AS.

Pada Kamis (10/2) lalu, rupiah ditutup menguat 16 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.342 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.358 per dolar AS.

Baca juga: Dolar berayun naik, turun dan jadi datar setelah data inflasi AS panas
Baca juga: Yuan tergelincir 82 basis poin menjadi 6,3681 terhadap dolar AS
Baca juga: Wall St jatuh terseret kekhawatiran kenaikan suku bunga agresif Fed