UNDP: Kesenjangan pendanaan SDGs capai 4,2 triliun dolar AS per tahun
10 Februari 2022 20:21 WIB
Tangkapan layar Administrator Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) Achim Steiner dalam T20 Indonesia 2022 di Jakarta, Kamis (10/2/2022). (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah)
Jakarta (ANTARA) - Administrator Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) Achim Steiner menyatakan kesenjangan pembiayaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG's) saat ini telah meningkat menjadi sekitar 4,2 triliun dolar AS per tahun.
“Satu pengingat lebih lanjut adalah kesenjangan pembiayaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kini telah meningkat menjadi sekitar 4,2 triliun dolar AS per tahun,” katanya dalam T20 Indonesia 2022 di Jakarta, Kamis.
Terlebih lagi, Steiner menuturkan negara-negara berkembang diprediksi akan menghadapi penurunan 700 miliar dolar AS dalam pembiayaan swasta mereka untuk mencapai tujuan berkelanjutan.
Hal ini terjadi karena banyak negara menghadapi peningkatan dampak perubahan iklim, degradasi dan perusakan alam yang semakin masif sehingga untuk menanganinya maka semua negara harus menjadi bagian dari pemulihan global yang hijau dan inklusif.
Tak hanya itu, Steiner mengatakan ketidaksetaraan juga semakin terlihat sejak ada pandemi COVID-19 seperti dalam pelaksanaan program vaksinasi.
Baca juga: Presiden Jokowi usulkan tiga upaya bersama G20 percepat SDGs
Menurutnya, saat memasuki tahun 2022 sudah separuh dunia telah divaksinasi sepenuhnya namun di negara-negara berpenghasilan rendah ternyata hanya satu dari sembilan orang yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
“Antara lain di wilayah seperti Afrika, misalnya, jumlah absolut orang yang hidup dalam kemiskinan diproyeksikan meningkat hingga 2023,” ujarnya.
Oleh sebab itu Steiner menegaskan G20 memiliki peran penting untuk mendorong tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan.
G20 akan memberi rekomendasi kebijakan yang dapat membantu memperbarui tata kelola dan sistem keuangan global sesuai tujuan untuk membiayai dan mendorong pemulihan, aksi perubahan iklim sekaligus membuka peluang pencapaian SDGs.
“Untungnya agenda ini cukup kuat di bawah Presidensi Indonesia karena Indonesia sering mempelopori beberapa inisiatif pembiayaan berkelanjutan yang inovatif termasuk penerbitan Green Sukuk pertama di dunia,” jelasnya.
Baca juga: Bambang Brodjonegoro: Skema blended financing selesaikan pembangunan
“Satu pengingat lebih lanjut adalah kesenjangan pembiayaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kini telah meningkat menjadi sekitar 4,2 triliun dolar AS per tahun,” katanya dalam T20 Indonesia 2022 di Jakarta, Kamis.
Terlebih lagi, Steiner menuturkan negara-negara berkembang diprediksi akan menghadapi penurunan 700 miliar dolar AS dalam pembiayaan swasta mereka untuk mencapai tujuan berkelanjutan.
Hal ini terjadi karena banyak negara menghadapi peningkatan dampak perubahan iklim, degradasi dan perusakan alam yang semakin masif sehingga untuk menanganinya maka semua negara harus menjadi bagian dari pemulihan global yang hijau dan inklusif.
Tak hanya itu, Steiner mengatakan ketidaksetaraan juga semakin terlihat sejak ada pandemi COVID-19 seperti dalam pelaksanaan program vaksinasi.
Baca juga: Presiden Jokowi usulkan tiga upaya bersama G20 percepat SDGs
Menurutnya, saat memasuki tahun 2022 sudah separuh dunia telah divaksinasi sepenuhnya namun di negara-negara berpenghasilan rendah ternyata hanya satu dari sembilan orang yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
“Antara lain di wilayah seperti Afrika, misalnya, jumlah absolut orang yang hidup dalam kemiskinan diproyeksikan meningkat hingga 2023,” ujarnya.
Oleh sebab itu Steiner menegaskan G20 memiliki peran penting untuk mendorong tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan.
G20 akan memberi rekomendasi kebijakan yang dapat membantu memperbarui tata kelola dan sistem keuangan global sesuai tujuan untuk membiayai dan mendorong pemulihan, aksi perubahan iklim sekaligus membuka peluang pencapaian SDGs.
“Untungnya agenda ini cukup kuat di bawah Presidensi Indonesia karena Indonesia sering mempelopori beberapa inisiatif pembiayaan berkelanjutan yang inovatif termasuk penerbitan Green Sukuk pertama di dunia,” jelasnya.
Baca juga: Bambang Brodjonegoro: Skema blended financing selesaikan pembangunan
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: