Jakarta (ANTARA News) - Nilai total impor bulanan Indonesia mencapai angka tertinggi pada Juni 2011 yakni sebesar 15,08 miliar dolar AS atau naik 28,26 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, demikian menurut data resmi Badan Pusat Statistik (BPS).

"Ini merupakan angka impor bulanan tertinggi sampai sekarang, untuk pertama kalinya impor melebihi 15 miliar dolar AS," kata Kepala BPS Rusman Heriawan di Jakarta, Senin.

Peningkatan impor pada Juni, menurut data BPS, kebanyakan disumbang oleh impor barang nonmigas yang selama kurun waktu itu nilainya 11,84 miliar dolar AS.

Dalam hal ini impor nonmigas paling besar terdiri atas golongan barang mesin dan peralatan mekanik dengan 2,03 miliar dolar AS, naik 6,18 persen dari bulan sebelumnya.

Negara yang banyak memasok barang nonmigas selama Juni adalah China dengan nilai impor 2,30 miliar dolar AS kemudian Jepang (1,58 miliar dolar AS) dan Thailand (906,9 juta dolar AS).

"Thailand menggeser posisi Singapura yang sebelumnya merupakan negara pemasok barang impor terbesar ketiga," kata Rusman.

Sementara kontribusi impor migas bulan Juni tercatat menurun 11,06 persen dari bulan sebelumnya menjadi 3,24 miliar dolar AS.

Semester I

BPS juga mencatat, selama semester I 2011 nilai total impor Indonesia mencapai 83,59 miliar dolar AS atau meningkat 32,82 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Walau cukup tinggi, kenaikannya masih lebih rendah dari kenaikan ekspor yang sebesar 36,02 persen jadi masih tetap surplus. Ini sinyal bagus bagi perdagangan kita," katanya.

Selama enam bulan pertama tahun 2011, nilai impor nonmigas tercatat 64,35 miliar dolar AS dan impor migas 19,24 miliar dolar AS.

Mesin dan peralatan mekanik tetap menjadi golongan barang yang paling banyak diimpor selama Januari-Juni 2011 dengan nilai impor 11,13 miliar dolar AS atau naik 21,43 persen dari kurun yang sama tahun lalu.

Rusman menjelaskan pula bahwa pasokan barang impor nonmigas selama semester I 2011 sebagian besar berasal dari China (18,73 persen), kemudian Jepang (13,45 persen) dan Thailand (8,06 persen).

Sementara peran impor nonmigas dari negara-negara ASEAN dan Uni Eropa tercatat berturut-turut 22,59 persen dan 8,93 persen. (M035)