Aplikasi Mountrash berkomitmen kurangi persoalan sampah nasional
10 Februari 2022 15:45 WIB
Sejumlah anak bermain di tumpukan sampah yang terbawa ombak di Teluk Labuan, Pandeglang, Banten, Senin (7/2/2022). Sampah limbah rumah tangga tersebut terbawa oleh gelombang tinggi yang terjadi sejak beberapa hari terakhir di daerah itu. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/foc.
Jakarta (ANTARA) - Pendiri aplikasi Mountrash.com, Gideon W Ketaren, menyatakan persoalan sampah secara nasional harus diselesaikan dengan pendekatan yang implementatif agar berbagai komitmen dan regulasi yang dihasilkan bisa memberikan solusi.
"Mountrash hadir menjawab kebuntuan dari carut-marut persoalan sampah. Ini baru mulai dengan sampah plastik, nanti terus berkembang untuk semua jenis sampah,” tegas CEO PT Mountrash Avatar Indonesia itu di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, aplikasi yang mulai beroperasi sejak 2019 itu sudah mengolah ratusan ton semua jenis sampah, termasuk 242 ton sampah plastik. Angka tersebut identik dengan 14,5 juta botol plastik yang digunakan atau bekas dikonsumsi oleh sekian juta manusia Indonesia.
“Kami bangga karena aplikasi karya anak bangsa ini benar-benar nyata memberi solusi. Bahkan dengan kondisi yang merayap pun kami tetap bertahan dan terus berupaya mengurangi sampah di Indonesia,” tegasnya.
Gideon menambahkan bahwa Mountrash juga lahir karena melihat persoalan sampah adalah bagian dari revolusi mental secara menyeluruh.
"Jika tidak ada komitmen dan kesadaran secara menyeluruh, terutama perubahan mental, maka selama itu pula sampah tidak pernah ada solusinya. Mountrash menjadi bagian dan konsisten dengan revolusi mental tersebut,” ujar alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Gideon juga menegaskan bahwa aplikasi ini juga sudah terbukti sangat bagus di seluruh wilayah Indonesia sehingga kehadirannya menjadi bagian integral dalam pengelolaan dan solusi persoalan sampah secara nasional.
Aplikasi Mountrash, tambahnya, dapat digunakan di daerah-daerah yang jauh dari Pulau Jawa seperti di Kalimantan, Sulawesi hingga ke Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Terakhir yang baru berkembang dan banyak animonya di Kabupaten Dompu, NTB. Beberapa daerah lainnya sedang menunggu verifikasi dari kami," jelasnya.
Berdasarkan arahan Kebijakan Strategi Nasional (Jakstranas) Pengelolaan Sampah, Indonesia ditargetkan mampu mereduksi sampah hingga 30 persen atau sebanyak 20,9 juta ton dengan tingkat pengelolaan sampah sebesar 70 persen atau sebesar 70,8 juta ton pada 2025.
Baca juga: Pemkab Bekasi ancam tindak tegas mafia sampah
Baca juga: KKP canangkan Bulan Cinta Laut, respons limbah PCR di pantai Bali
Baca juga: Bali libatkan masyarakat desa, sekolah hingga pengusaha atasi sampah
"Mountrash hadir menjawab kebuntuan dari carut-marut persoalan sampah. Ini baru mulai dengan sampah plastik, nanti terus berkembang untuk semua jenis sampah,” tegas CEO PT Mountrash Avatar Indonesia itu di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, aplikasi yang mulai beroperasi sejak 2019 itu sudah mengolah ratusan ton semua jenis sampah, termasuk 242 ton sampah plastik. Angka tersebut identik dengan 14,5 juta botol plastik yang digunakan atau bekas dikonsumsi oleh sekian juta manusia Indonesia.
“Kami bangga karena aplikasi karya anak bangsa ini benar-benar nyata memberi solusi. Bahkan dengan kondisi yang merayap pun kami tetap bertahan dan terus berupaya mengurangi sampah di Indonesia,” tegasnya.
Gideon menambahkan bahwa Mountrash juga lahir karena melihat persoalan sampah adalah bagian dari revolusi mental secara menyeluruh.
"Jika tidak ada komitmen dan kesadaran secara menyeluruh, terutama perubahan mental, maka selama itu pula sampah tidak pernah ada solusinya. Mountrash menjadi bagian dan konsisten dengan revolusi mental tersebut,” ujar alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Gideon juga menegaskan bahwa aplikasi ini juga sudah terbukti sangat bagus di seluruh wilayah Indonesia sehingga kehadirannya menjadi bagian integral dalam pengelolaan dan solusi persoalan sampah secara nasional.
Aplikasi Mountrash, tambahnya, dapat digunakan di daerah-daerah yang jauh dari Pulau Jawa seperti di Kalimantan, Sulawesi hingga ke Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Terakhir yang baru berkembang dan banyak animonya di Kabupaten Dompu, NTB. Beberapa daerah lainnya sedang menunggu verifikasi dari kami," jelasnya.
Berdasarkan arahan Kebijakan Strategi Nasional (Jakstranas) Pengelolaan Sampah, Indonesia ditargetkan mampu mereduksi sampah hingga 30 persen atau sebanyak 20,9 juta ton dengan tingkat pengelolaan sampah sebesar 70 persen atau sebesar 70,8 juta ton pada 2025.
Baca juga: Pemkab Bekasi ancam tindak tegas mafia sampah
Baca juga: KKP canangkan Bulan Cinta Laut, respons limbah PCR di pantai Bali
Baca juga: Bali libatkan masyarakat desa, sekolah hingga pengusaha atasi sampah
Pewarta: Subagyo
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022
Tags: