Ambang pintu di Situs Watu Gilang-Jambean Kediri dirusak orang
9 Februari 2022 18:58 WIB
Anggota Polsek Kras memasangi garis polisi di Situs Watu Gilang, Desa Jambean, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (9/2/2022). Situs ini adalah peninggalan Sri Bameswara, Raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1112-1135, sebelum Prabu Joyoboyo, dirusak orang tidak bertanggungjawab. ANTARA/Asmaul/am.
Kediri (ANTARA) - Ambang pintu berangka tahun 1055 (dalam huruf kuno), di Situs Watu Gilang, yang merupakan peninggalan Sri Bameswara, Raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1112-1135, sebelum Prabu Joyoboyo, di Desa Jambean, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dirusak orang tidak bertanggung jawab.
"Ini tahunya kemarin pagi, ada Ibu Wiji (warga) melihat bongkahan batu di situs. Dia takut, karena kan di sini sebagai situs, rusak, jadinya lapor," kata Kepala Desa Desa Jambean, Kecamatan Kras, Hari di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, kondisi kerusakan tidak sampai mengenai tahun yang tertera di situs tersebut. Namun, dengan kerusakan itu tentunya sudah merusak keaslian situs.
Pihaknya mengakui lokasi situs yang berada di tanah kas desa itu masih terbuka. Banyak warga dari berbagai daerah berkunjung ke situs, dengan beragam tujuan.
Baca juga: Ekskavasi dilakukan di situs yang diduga petirtaan kuno di Kediri
Baca juga: BPCB Trowulan ekskavasi candi di Kediri
Ia pun berharap nantinya di situs ini akan dibangun tembok dan diberi kunci termasuk papan penjelasan terkait dengan situs. Dengan itu, diharapkan pengunjung mengerti lokasi itu adalah peninggalan budaya.
"Harapannya nanti bisa dibuatkan bangunan khusus di situs ini dan diberi kunci. Juga ada juru kuncinya termasuk plakat sejarahnya. Jadi, pengunjung tahu tentang situs ini," kata Hari.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) Imam Mubarok mengatakan dirinya sudah komunikasi dengan dinas terkait termasuk dengan Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana.
"Kami sudah laporkan ini ke dinas (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri) dan Bupati untuk ditindaklanjuti. Ke depannya, kami harapkan ada kerjasama dengan desa. Ini kan sudah ada bangunan tinggal tembok ditinggikan. Nanti juga bisa ada juru kunci," kata Imam.
Ia menduga, kerusakan itu disengaja karena di bagian situs jelas terlihat kerusakannya seperti ada barang tumpul yang sengaja dipukulkan ke situs. Hasilnya, ada bagian batu yang pecah.
Namun, kerusakan tidak sampai mengenai angka di batu, yang bertuliskan tahun 1055 dengan bahasa saat itu. Dengan era itu, diketahui bahwa situs ini adalah era peninggalan Sri Bameswara, Raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1112-1135, sebelum Prabu Joyoboyo.
"Kerusakan di bagian sayap kanan tidak mengenai angka tahun 1055, era peninggalan Sri Bameswara, Raja Kadiri sebelum Prabu Joyoboyo. Disini disebutnya situs Watu Gilang, bentuknya seperti umpak. Ini adalah ambang pintu zaman dahulu," kata dia.
Ia juga mengatakan di situs ini kejadian serupa pernah terjadi. Bahkan, ada laporan batu itu sempat dibawa pulang, tapi tidak tahu kembali lagi ke tempat semula. Selain itu, dulu juga ada beberapa patung, namun kini sudah hilang.
"Laporan Pak Lurah, dulu banyak ditemukan patung, sekarang sudah hilang, makanya ini perlu dijaga," kata Imam Mubarok.
Sementara itu, untuk mencegah kejadian yang sama, kini lokasi itu diberi garis polisi oleh anggota Polsek Kras. Warga yang tidak berkepentingan dilarang menerobos lokasi situs.
Baca juga: Warga Kabupaten Kediri temukan struktur candi dan arca
Baca juga: Situs purbakala Kediri digali
"Ini tahunya kemarin pagi, ada Ibu Wiji (warga) melihat bongkahan batu di situs. Dia takut, karena kan di sini sebagai situs, rusak, jadinya lapor," kata Kepala Desa Desa Jambean, Kecamatan Kras, Hari di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, kondisi kerusakan tidak sampai mengenai tahun yang tertera di situs tersebut. Namun, dengan kerusakan itu tentunya sudah merusak keaslian situs.
Pihaknya mengakui lokasi situs yang berada di tanah kas desa itu masih terbuka. Banyak warga dari berbagai daerah berkunjung ke situs, dengan beragam tujuan.
Baca juga: Ekskavasi dilakukan di situs yang diduga petirtaan kuno di Kediri
Baca juga: BPCB Trowulan ekskavasi candi di Kediri
Ia pun berharap nantinya di situs ini akan dibangun tembok dan diberi kunci termasuk papan penjelasan terkait dengan situs. Dengan itu, diharapkan pengunjung mengerti lokasi itu adalah peninggalan budaya.
"Harapannya nanti bisa dibuatkan bangunan khusus di situs ini dan diberi kunci. Juga ada juru kuncinya termasuk plakat sejarahnya. Jadi, pengunjung tahu tentang situs ini," kata Hari.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) Imam Mubarok mengatakan dirinya sudah komunikasi dengan dinas terkait termasuk dengan Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana.
"Kami sudah laporkan ini ke dinas (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri) dan Bupati untuk ditindaklanjuti. Ke depannya, kami harapkan ada kerjasama dengan desa. Ini kan sudah ada bangunan tinggal tembok ditinggikan. Nanti juga bisa ada juru kunci," kata Imam.
Ia menduga, kerusakan itu disengaja karena di bagian situs jelas terlihat kerusakannya seperti ada barang tumpul yang sengaja dipukulkan ke situs. Hasilnya, ada bagian batu yang pecah.
Namun, kerusakan tidak sampai mengenai angka di batu, yang bertuliskan tahun 1055 dengan bahasa saat itu. Dengan era itu, diketahui bahwa situs ini adalah era peninggalan Sri Bameswara, Raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1112-1135, sebelum Prabu Joyoboyo.
"Kerusakan di bagian sayap kanan tidak mengenai angka tahun 1055, era peninggalan Sri Bameswara, Raja Kadiri sebelum Prabu Joyoboyo. Disini disebutnya situs Watu Gilang, bentuknya seperti umpak. Ini adalah ambang pintu zaman dahulu," kata dia.
Ia juga mengatakan di situs ini kejadian serupa pernah terjadi. Bahkan, ada laporan batu itu sempat dibawa pulang, tapi tidak tahu kembali lagi ke tempat semula. Selain itu, dulu juga ada beberapa patung, namun kini sudah hilang.
"Laporan Pak Lurah, dulu banyak ditemukan patung, sekarang sudah hilang, makanya ini perlu dijaga," kata Imam Mubarok.
Sementara itu, untuk mencegah kejadian yang sama, kini lokasi itu diberi garis polisi oleh anggota Polsek Kras. Warga yang tidak berkepentingan dilarang menerobos lokasi situs.
Baca juga: Warga Kabupaten Kediri temukan struktur candi dan arca
Baca juga: Situs purbakala Kediri digali
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022
Tags: