Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyebut sebanyak 95 persen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pusat Keunggulan (PK) menyatakan cocok menggunakan kurikulum prototipe.

“Kurikulum prototipe ini telah diujikan pada sebanyak 900 SMK PK, dan sebanyak 95 persen menyatakan cocok dengan kurikulum ini,” ujar Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, dalam Kick Off G20 on Education and Culture yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Wikan menjelaskan kurikulum prototipe yang dikembangkan Kemendikbudristek itu diujicobakan terlebih dahulu pada SMK PK. Baru berikutnya dijadikan pilihan untuk SMK lainnya.

Dia menjelaskan bahwa kurikulum prototipe tersebut tidak hanya memastikan hasil tetapi juga kemampuan non teknis. Melalui kurikulum tersebut, sekolah vokasi melakukan gotong royong bersama dengan industri.

“Ini yang kita akan dorong, kurikulum jangan terlalu kaku dan kurangi materi yang tidak perlu,” imbuh dia.

Baca juga: Kemendikbudristek dorong komitmen industri berinvestasi pada SMK PK
Baca juga: Skema pemadanan dukungan SMK PK jawab kebutuhan industri

Dalam kesempatan itu, Wikan menekankan bahwa pandemi memang telah menciptakan eskalasi bagi pendidikan karena banyak siswa yang jarang masuk sekolah dan juga industri semakin melemah daya serapnya.

Akan tetapi di sisi lain, pandemi membuat seluruh lapisan anak bangsa untuk saling bergotong royong dan bekerja sama membentuk link and match antara pendidikan vokasi dan industri.

Kemendikbudristek mengangkat empat agenda prioritas bidang pendidikan pada Presidensi G20 diantaranya Pendidikan Universal yang Berkualitas, Teknologi Digital untuk Pendidikan, Solidaritas dan Kemitraan.

Baca juga: Kemendikbud: SMK Pusat Keunggulan antisipasi bonus demografi
Baca juga: Kemendikbudristek gunakan skema baru untuk SMK Pusat Keunggulan