Jakarta (ANTARA News) - Kurs nilai rupiah pada Jumat pagi melemah tipis tujuh poin terhadap dolar AS menjadi Rp8.505 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya senilai Rp8.498.

Pengamat pasar uang dari Bank Saudara, Rully Nova di Jakarta, Jumat mengatakan, masih belum jelasnya perbaikan krisis di Eropa maupun di AS terkait masalah utangnya membuat pelaku pasar kurang agresif masuk ke rupiah.

"Belum ada suatu pemicu positif bagi pelaku pasar untuk masuk ke rupiah, sehingga rupiah bergerak mendatar cenderung melemah," ujar dia.

Meski demikian, kata dia, pelemahan rupiah dianggap normal, secara teknikal rupiah akan bergerak melemah terhadap dolar AS setelah mengalami penguatan yang signifikan.

"Pelemahan rupiah normal setelah mengalami kenaikan cukup signifikan," ujar dia.

Namun, lanjut dia, peluang rupiah untuk kembali menguat masih ada seiring belum tercapainya kesepakatan penyelesaian utang di AS dan ekspektasi penurunan peringkat utangnya oleh lembaga pemeringkat internasional S&P (standar & poor`s).

"Rupiah masih bisa melanjutkan penguatan, jika melemah tak akan signifikan karena tertahan oleh positifnya fundamental ekonomi dalam negeri," katanya.

Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, beberapa pasar global utama masih tertekan. Kemungkinan pasar Asia bergerak "mixed".

"Ditengah kegamangan ketidakpastian global, pasar Asia termasuk Indonesia saat ini menjadi tumpuan pengalihan substituti portofolio pemodal asing. Rupiah berpotensi stabil dengan kecenderungan menguat," kata dia.

Ia menambahkan, sinyal ekonomi AS masih belum solid dan masih sangat tidak pasti apalagi isu utang masih belum mengerucut menjadi solusi.

Ia mengatakan, ditengah kemelut perdebatan batas utang yang belum menemui titik terang, data ekonomi AS untuk "jobless claims" pada minggu ke tiga Juli tercatat mengalami penurunan sebesar 24.000 menjadi 398.000, jauh dibawah perkiraan.

"Turunnya jumlah aplikasi `unemployment benefits` tersebut bisa menjadi indikasi membaiknya sektor riil di AS, namun sinyal tersebut tidak terlalu kuat," kata dia.
(*)