Jakarta (ANTARA News) - Melemahnya kurs nilai rupiah pada Kamis sore terhadap dolar AS dianggap normal setelah pada hari sebelumnya mata uang lokal itu bergerak menguat cukup signifikan.

Nilai tukar rupiah yang diperdagangkan antarbank di Jakarta kamis sore terhadap dolar AS hanya turun tipis dua poin menjadi Rp8.500 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya senilai Rp8.498.

Pengamat pasar uang dari Bank Saudara, Rully Nova di Jakarta, Kamis mengatakan, masih minimnya isu positif dari global membuat pelaku pasar kurang agresif dalam bertransaksi di pasar uang.

"Belum ada suatu pemicu bagi pelaku pasar untuk masuk ke rupiah, sehingga rupiah bergerak mendatar cenderung melemah," ujar dia.

Ia menambahkan, secara teknikal rupiah akan bergerak melemah terhadap dolar AS karena nilai rupiah sudah diangap tinggi.

Meski demikian, lanjut dia, peluang rupiah untuk kembali menguat masih ada seiring belum tercapainya kesepakatan penyelesaian utang di AS dan ekspektasi penurunan peringkat utang AS oleh lembaga pemeringkat internasional S&P (standard & Poor`s).

"Secara teknikal rupiah akan melemah namun terbatas, pelemahan tertahan oleh positifnya fundamental ekonomi Indonesia yang positif," ucapnya.

Ia mengatakan, penguatan mata uang dolar AS terhadap beberapa negara regional juga terjadi, kondisi itu menjadi salah satu pendorong mata uang nasional sedikit tertekan.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Johannes Ginting menambahkan, posisi dolar AS saat ini kurang diminati oleh investor, meski dolar AS menguat namun hanya dalam kisaran sempit.

"Kondisi di AS yang belum terselesaikan mengenai masalah kebijakan utangnya lama-lama akan mengikis statusnya sebagai mata uang `safe haven`," kata dia.

Sementara, kurs tengah Bank Indonesia tercatat mata uang rupiah mengalami pelemahan ke level Rp8.509 dibanding posisi sebelumnya di posisi Rp8.489.