Bappenas sebut ekonomi hijau hasilkan pertumbuhan ekonomi inklusif
8 Februari 2022 16:03 WIB
Tangkapan layar Direktur Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bappenas Mahatmi Parwitasari Saronto dalam Konferensi Tenaga Kerja Hijau secara daring, Selasa (8/2/2022). ANTARA/Sanya Dinda.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Mahatmi Parwitasari Saronto mengatakan ekonomi hijau dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
"Ekonomi hijau merupakan bagian penting dari transformasi ekonomi Indonesia menuju negara berpendapatan tinggi pada 2045," kata Mahatmi dalam Konferensi Lapangan Kerja Hijau secara daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Ekonomi hijau dapat menjadi pendorong transformasi ekonomi untuk melepaskan Indonesia dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap.
"Transformasi ekonomi diharapkan memberikan manfaat tidak hanya pada pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan tapi juga menciptakan peluang kerja hijau atau green job dan investasi hijau atau green investment," imbuhnya.
Dalam penerapan ekonomi hijau, pemerintah juga akan mengimplementasikan pembangunan rendah karbon yang tak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi tapi juga menurunkan emisi karbon sebesar 27,3 persen di 2024.
Pembangunan rendah karbon akan diimplementasikan melalui lima strategi utama yaitu penanganan limbah dan ekonomi sirkular, pengembangan industri hijau, pengembangan energi berkelanjutan, pembangunan laut dan pesisir rendah karbon, dan pemulihan lahan berkelanjutan.
Namun demikian, transisi ekonomi hijau saat ini masih menghadapi beberapa tantangan, yakni terkait pendanaan ekonomi hijau, potensi aset yang telah terbangun menjadi terdampar, dan tantangan terkait transfer teknologi.
"Serta yang tidak kalah penting yaitu tantangan dalam mempersiapkan sumber daya manusia untuk bermigrasi ke lapangan kerja hijau. Pandemi yang saat ini kita alami juga menambah besarnya kerjaan yang akan kita lakukan," imbuhnya.
Baca juga: Bappenas: Investasi hijau ciptakan lapangan kerja 10 kali lebih banyak
Baca juga: Kembangkan ekonomi hijau, bos Adaro raih "Bussinessperson of The Year"
Baca juga: Indef: Peran swasta krusial dalam pengembangan ekonomi hijau
"Ekonomi hijau merupakan bagian penting dari transformasi ekonomi Indonesia menuju negara berpendapatan tinggi pada 2045," kata Mahatmi dalam Konferensi Lapangan Kerja Hijau secara daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Ekonomi hijau dapat menjadi pendorong transformasi ekonomi untuk melepaskan Indonesia dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap.
"Transformasi ekonomi diharapkan memberikan manfaat tidak hanya pada pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan tapi juga menciptakan peluang kerja hijau atau green job dan investasi hijau atau green investment," imbuhnya.
Dalam penerapan ekonomi hijau, pemerintah juga akan mengimplementasikan pembangunan rendah karbon yang tak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi tapi juga menurunkan emisi karbon sebesar 27,3 persen di 2024.
Pembangunan rendah karbon akan diimplementasikan melalui lima strategi utama yaitu penanganan limbah dan ekonomi sirkular, pengembangan industri hijau, pengembangan energi berkelanjutan, pembangunan laut dan pesisir rendah karbon, dan pemulihan lahan berkelanjutan.
Namun demikian, transisi ekonomi hijau saat ini masih menghadapi beberapa tantangan, yakni terkait pendanaan ekonomi hijau, potensi aset yang telah terbangun menjadi terdampar, dan tantangan terkait transfer teknologi.
"Serta yang tidak kalah penting yaitu tantangan dalam mempersiapkan sumber daya manusia untuk bermigrasi ke lapangan kerja hijau. Pandemi yang saat ini kita alami juga menambah besarnya kerjaan yang akan kita lakukan," imbuhnya.
Baca juga: Bappenas: Investasi hijau ciptakan lapangan kerja 10 kali lebih banyak
Baca juga: Kembangkan ekonomi hijau, bos Adaro raih "Bussinessperson of The Year"
Baca juga: Indef: Peran swasta krusial dalam pengembangan ekonomi hijau
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: