Bank BTN raup laba bersih Rp2,37 triliun sepanjang 2021
8 Februari 2022 14:13 WIB
Tangkapan layar Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo saat memberikan paparan dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (8/2/2022). ANTARA/Citro Atmoko.
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk meraup laba bersih Rp2,37 triliun sepanjang 2021, naik 48,3 persen dibandingkan 2020 yang sebesar Rp1,6 triliun.
Kenaikan laba bersih Bank BTN tersebut ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh 5,66 persen, dari Rp260,11 triliun pada 2020 menjadi Rp274,83 triliun pada 2021.
Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo di Jakarta, Selasa, mengatakan pertumbuhan kredit Bank BTN mengkonfirmasi bahwa sektor perumahan terbukti cukup tangguh dalam melewati masa krisis ekonomi akibat pandemi. Pembiayaan pemilikan rumah tetap mengalir sekalipun daya beli konsumen relatif turun.
Hal itu terbukti dari penyaluran kredit perseroan tahun 2021 yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2020 dan berada di atas rata-rata kredit industri perbankan pada kisaran 5,24 persen.
"Berbagai insentif yang diberikan pemerintah berhasil menjaga daya beli konsumen sehingga permintaan kredit rumah tetap meningkat. Kami optimistis, pada saat ekonomi semakin pulih, dan pandemi berlalu sepenuhnya, permintaan KPR dapat meningkat lebih tinggi lagi," ujar Haru.
Pada periode 2019-2020, saat perekonomian nasional terhimpit krisis dan penyaluran kredit industri perbankan mengalami kontraksi 2,5 persen, BTN merupakan satu dari sedikit bank yang berhasil membukukan pertumbuhan kredit. Kini, ketika ekonomi berangsur pulih, dan sektor properti menjadi lokomotif pertumbuhan, BTN bisa berperan lebih besar lagi.
Haru menyampaikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit Bank BTN dengan kenaikan sebesar 8,25 persen (yoy) menjadi Rp130,68 triliun pada 2021 dibandingkan 2020 sebesar Rp120,72 triliun.
KPR Non-Subsidi juga turut menunjukkan kenaikan di level 4,14 persen (yoy) menjadi Rp83,25 triliun pada 2021 dibandingkan 2020 sebesar Rp79,93 triliun. Kenaikan penyaluran KPR Subsidi tersebut membuat Bank BTN masih mendominasi pangsa KPR Subsidi sekitar 90 persen. Sementara KPR secara nasional Bank BTN menguasai pangsa pasar sekitar 40 persen.
Pertumbuhan penyaluran kredit, lanjut Haru, juga berdampak pada pendapatan bunga (Net Interest Income/NII) yang tumbuh sebesar 44,7 persen dari Rp9,10 triliun pada 2020 menjadi Rp13,20 triliun pada 2021. Kenaikan NII tersebut menghasilkan marjin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) ke level 3,99 persen pada 2021 dibandingkan 2020 yang baru sekitar 3,06 persen.
"NIM kami terus membaik dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan biaya dana atau cost of fund semakin baik, sejalan dengan meningkatnya porsi dana murah atau CASA," kata Haru.
Haru memaparkan, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank BTN sepanjang 2021 mencapai Rp295,98 triliun, naik 6,03 persen dibandingkan perolehan pada 2020 yang sebesar Rp279,14 triliun. Dari jumlah DPK tersebut, komposisi dana murah mengalami kenaikan 319 bps dari 41,11 persen menjadi 44,3 persen.
Kenaikan komposisi dana murah tersebut membuat biaya dana atau cost of fund Bank BTN hingga 2021 mengalami penurunan signifikan sebanyak 166 basis poin menjadi 3,13 persen dibandingkan 2020 yang masih 4,79 persen.
"Hal ini menunjukkan keberhasilan Bank BTN dalam meningkatkan porsi dana murah," ujar Haru.
Baca juga: BTN bidik dana kelolaan Rp45,9 triliun dari layanan prioritas
Baca juga: Laba bersih BSI tumbuh 38,42 persen pada Desember 2021
Baca juga: BTN terus ekspansi, bidik potensi bisnis syariah di daerah
Kenaikan laba bersih Bank BTN tersebut ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh 5,66 persen, dari Rp260,11 triliun pada 2020 menjadi Rp274,83 triliun pada 2021.
Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo di Jakarta, Selasa, mengatakan pertumbuhan kredit Bank BTN mengkonfirmasi bahwa sektor perumahan terbukti cukup tangguh dalam melewati masa krisis ekonomi akibat pandemi. Pembiayaan pemilikan rumah tetap mengalir sekalipun daya beli konsumen relatif turun.
Hal itu terbukti dari penyaluran kredit perseroan tahun 2021 yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2020 dan berada di atas rata-rata kredit industri perbankan pada kisaran 5,24 persen.
"Berbagai insentif yang diberikan pemerintah berhasil menjaga daya beli konsumen sehingga permintaan kredit rumah tetap meningkat. Kami optimistis, pada saat ekonomi semakin pulih, dan pandemi berlalu sepenuhnya, permintaan KPR dapat meningkat lebih tinggi lagi," ujar Haru.
Pada periode 2019-2020, saat perekonomian nasional terhimpit krisis dan penyaluran kredit industri perbankan mengalami kontraksi 2,5 persen, BTN merupakan satu dari sedikit bank yang berhasil membukukan pertumbuhan kredit. Kini, ketika ekonomi berangsur pulih, dan sektor properti menjadi lokomotif pertumbuhan, BTN bisa berperan lebih besar lagi.
Haru menyampaikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit Bank BTN dengan kenaikan sebesar 8,25 persen (yoy) menjadi Rp130,68 triliun pada 2021 dibandingkan 2020 sebesar Rp120,72 triliun.
KPR Non-Subsidi juga turut menunjukkan kenaikan di level 4,14 persen (yoy) menjadi Rp83,25 triliun pada 2021 dibandingkan 2020 sebesar Rp79,93 triliun. Kenaikan penyaluran KPR Subsidi tersebut membuat Bank BTN masih mendominasi pangsa KPR Subsidi sekitar 90 persen. Sementara KPR secara nasional Bank BTN menguasai pangsa pasar sekitar 40 persen.
Pertumbuhan penyaluran kredit, lanjut Haru, juga berdampak pada pendapatan bunga (Net Interest Income/NII) yang tumbuh sebesar 44,7 persen dari Rp9,10 triliun pada 2020 menjadi Rp13,20 triliun pada 2021. Kenaikan NII tersebut menghasilkan marjin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) ke level 3,99 persen pada 2021 dibandingkan 2020 yang baru sekitar 3,06 persen.
"NIM kami terus membaik dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan biaya dana atau cost of fund semakin baik, sejalan dengan meningkatnya porsi dana murah atau CASA," kata Haru.
Haru memaparkan, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank BTN sepanjang 2021 mencapai Rp295,98 triliun, naik 6,03 persen dibandingkan perolehan pada 2020 yang sebesar Rp279,14 triliun. Dari jumlah DPK tersebut, komposisi dana murah mengalami kenaikan 319 bps dari 41,11 persen menjadi 44,3 persen.
Kenaikan komposisi dana murah tersebut membuat biaya dana atau cost of fund Bank BTN hingga 2021 mengalami penurunan signifikan sebanyak 166 basis poin menjadi 3,13 persen dibandingkan 2020 yang masih 4,79 persen.
"Hal ini menunjukkan keberhasilan Bank BTN dalam meningkatkan porsi dana murah," ujar Haru.
Baca juga: BTN bidik dana kelolaan Rp45,9 triliun dari layanan prioritas
Baca juga: Laba bersih BSI tumbuh 38,42 persen pada Desember 2021
Baca juga: BTN terus ekspansi, bidik potensi bisnis syariah di daerah
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: